Membiasakan

Kita yang sudah merasakan hidup sampai sejauh ini, bertemu dengan banyak orang dan pengalaman dengan perbedaannya masing-masing. Dan hal yang paling aku sadari saat ini adalah nggak ada sesuatu di dunia ini yang bener-bener terjadi sesuai sama apa yang kita inginkan. Kadang manusia menuntut terlalu banyak kesempurnaan padahal di dunia ini nggak ada yang sempurna, apalagi menuntut hal yang baik padahal hanya menurutnya aja. Termasuk memilih teman.

Kita pasti sampai saat ini udah menjumpai orang dengan segala karakter yang berbeda, ada yang nurut dan bandel. Klasifikasi paling gampang. Ada yang suka main sama orang yang suka game, karena dia juga suka game. Ada yang suka main sama orang yang suka ke mall, karena dia juga suka ke mall. Ada yang suka main sama orang yang suka ke masjid, karena dia juga suka ke masjid. Ada yang suka main sama orang yang suka nongki, karena dia juga suka nongki. Intinya ya itu kebebasan setiap individu ingin berkumpul dengan orang yang seperti apa. Itu hak kita.

Tadi siang, aku habis nonton vlognya salah satu fashion artist Indonesia, Jovi  Adhiguna Hunter (channel: Jovi Adhiguna Hunter) . For your information, aku nonton itu gara-gara awalnya aku buka YouTube Creators for Change (Creator) dimana itu adalah seluruh YouTuber di dunia yang masuk dalam project terbaru YouTube bisa cek sendiri detailnya disini YouTube Creators for Change. Yang keren adalah para YouTuber ini dipilih langsung dan diundang sama YouTube Space dan Google untuk bergabung dalam project mereka. Aku juga nemu beberapa YouTuber yang channelnya aku subscribe sih kayak Dina Torkia, John Green, Amani, Gitasav, ItsRadishTime, dan lain lain. Yang buat aku kagum adalah ternyata ada empat YouTuber Indonesia yang bergabung di dalamnya, yaitu Jovi Adhiguna Hunter, Gita Savitri Devi, Film Maker Muslim, dan Cameo Project. Kece parah sih menurutku. Sebelumnya, aku emang nggak pernah tau ada vlogger dari Indonesia yang unik banget kayak nih orang. Karena Jovi adalah seorang fashionstyle (ok, bisa bayangin kan bentukannya gimana) dia menyebut dirinya, "I'm a guy who is dressing like a woman". Jadi sebenernya isi vlognya dia simple aja sih, lebih ke daily vlogger aja tapi di beberapa videonya ada pesan yang menurut aku pas banget buat didapat sama orang Indonesia, anak muda khususnya. Fix aku interest sama videonya dia.
Waktu itu dia cerita di salah satu videonya kalau dia dikatain "waria" sama ibu dan anaknya di tempat wisata umum karena suatu insiden. Pokoknya bla bla bla Jovi nyeritain di videonya tapi ada pesan yang dia sampaikan kalau kita udah waktunya untuk belajar menerima apapun yang muncul di lingkungan sekitar kita. Meskipun asing, tabuh, atau sampe dosa menurut kita tapi kita emang harus menerima. Minimal kita bisa sebut ini sebagai menghargai setiap pilihan hidup orang lain.

Kadang mungkin kita merasa kalau ada temen yang nggak bisa memberikan kita perubahan yang lebih baik. Misalnya, nggak mau temenan sama orang kristen ntar kita lupa solat, atau nggak mau temenan sama orang yang suka ke mall ntar kita lupa hemat, atau nggak mau temenan sama orang yang ngerokok ntar kita keikut sama yang nggak baiknya. Aku bilang sih rugi kalau kita yang udah sedewasa dan segede ini, yang orang tua udah nggak nanyain lagi "temen sekelasmu ada yang nakal nggak", yang aku rasa udah bisa bedain mana yang bener dan mana yang salah memilih untuk membatasi pergaulan kita sendiri. Bukan masalah sih kalau kita memilih untuk lebih dekat dengan orang yang alim atau rajin belajar tapi yang masalah adalah kalau kita selalu punya mindset kalau mereka yang berbeda dari kita adalah mereka yang memilih jalan yang salah. Just because he/she doing good thing isn't mean that he/she is a good person. Stop being judgemental person and living a good life. Mana ada yang tau mungkin dia ternyata baca qurannya lebih rajin dari pada kita.

Beberapa minggu aku di Jakarta aku juga ketemu dengan banyak orang yang sebaya sama aku tapi punya kesan yang berbeda karena mereka "anak sini". Ada yang rambutnya pirang merah kuning ijo, ngomongnya kasar kayak nggak ada tenggorokan, pake jilbab tapi poninya nyampe jidat. Awalnya aku pikir banyak rusaknya. Tapi ternyata, mereka tetap punya kemampuan fisika yang oke dan they are nice people than I think. Mereka humble, asik, nggak ngajakin aku buat ngepirangin rambut juga (eh receh), pokoknya mereka juga sama sekali nggak ragu buat temenan sama aku yang bentukannya (asli nggak jelas) gini.

Menurut aku, untuk mendapatkan pengaruh positif untuk diri kita itu bisa dari siapa aja, mana aja, dan kapan aja. Tergantung kita bisa memilahnya apa nggak. Memilih menutup diri dengan hal yang menurut kita (dari luarnya) kelihatan negatif rasanya udah bukan waktunya lagi. Apalagi pilih-pilih temen. Biasain nggak lebay dalam menilai orang hanya karena apa yang dia pakai dan bagaimana cara dia bersikap. Ingat, Allah punya kuasa lebih dan pengetahuan lebih. Kita tuh nggak ada apa-apanya. Selalu lakukan penilaian dan kesan positif kepada orang di sekitar kita. Hidup cuman sekali, sayang banget kalo meninggal yang doain cuma saudara sama orang tua. Nggak usah banyakin musuh, sumpah ngumpulin pengalaman positif itu jauh lebih berharga daripada berjuang menang melawan musuh. Harga diri kita dipertahanin tidak dengan cara sekotor itu he he.

Disini aku bukan berarti setuju sama kita yang harus ikut merokok, ikut hedon, ikut nggak taat, dan ikut-ikutan hal negatif lainnya. Aku juga bukan berarti setuju kalau kita nggak perlu ngingetin orang lain dalam kebaikan. Tapi aku cuma pingin kita nggak menutup diri sama hal seajaib apapun yang terjadi di sekitar kita. Merubah seseorang? Lakukan itu jika kita sudah paham bagaimana cara terbaik agar kita bisa merubahnya dan mampu diterima. Berarti jalin pertemanan yang baik dulu khan? Cukup menghargai apa yang setiap orang pilih, dan berhenti merasa bahwa kita sudah berbuat baik sementara dia belum. Yang perlu kita lakukan hanyalah membiasakan. Oke, sekian jangan lupa buat spread love stop hate ya! Daaa!

Komentar

Popular Posts

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)

Asisten Praktikum : Bertransformasi

EXERGY: WORK POTENTIAL OF ENERGY (TERMODINAMIKA)