/sa·yang/

Malam ini, di tengah deadline laporan KP yang sudah diingatkan oleh pembimbing lapangan dan seabrek masalah yang (semoga) indah untuk dikenang.

Misal, nanti kamu kan kerja sama banyak orang, nggak semua sepaham sama kamu, tapi pasti tetap ada orang yang kamu sayang sebagai teman kerja dalam kelompokmu itu. Nah, ketika lingkunganmu sudah mulai ada tanda tanda mengarah ke jalan yang salah, atau nggak ke kondisi yang nggak sehat, pasti kamu nggak mau dong teman teman yang kamu sayang juga terseret ke kondisi yang nggak sehat juga. Jadi kamu bisa ngomong gini dalam hati 'aku harus ngerangkul mereka, kalau seluruhnya nggak bisa, tapi senggaknya aku sama temen temen ku ini tetap harus bertahan, aku nggak mau mereka juga sama sama jatuh. Meski cuman kita, yang penting kita harus bisa melakukan yang terbaik dan temen temen ku itu juga bisa ngasih teladan sama adek adek dibawah mereka yang juga mereka sayang'.
Kalimat yang aku merasa wajib disimpan di salah satu fiture aplikasi line messenger saat itu. Dan ternyata benar, sekarang aku membutuhkannya. Ditulis oleh seorang kakak tingkat yang September ini sudah harus undur diri dari kampus (I loss my McD-mate all the night) saat aku sedang bingung-bingungnya untuk memutuskan memilih bergabung dengan kabinet atau tidak.

Malam ini, aku mencoba mempertanyakan sayang yang aku atau mereka maksut itu seperti apa. Apakah kalau sayang, lantas kita akan bisa untuk berhenti peduli? Apakah kalau sayang, lantas kita bisa tidak menjadikan prioritas di saat perlu diprioritaskan? Apakah kalau sayang, lantas ada kata lelah untuk menyayangi?

Malam ini, aku juga menyadari bahwa sayang itu artinya siap berjuang dan siap untuk tidak menyerah. Tapi ternyata berjuang itu di dalamnya ada andil lelah dan sakit, salah satu godaan untuk berhenti mengaku sayang. Tapi ternyata sayang itu bukan hadir dalam bentuk pengakuan, melainkan hadir dalam bentuk semangat dan tindakan.

Ada yang bilang kalau sayang itu tidak butuh alasan dan tujuan. Ya benar. Sayang itu hadir karena tujuan, untuk apa dan untuk siapa aku melakukan ini. Ketika rintangan datang terlalu cepat dan bertubi-tubi mungkin hal itu yang perlu kita pertanyakan kepada diri kita masing-masing.

Katanya sayang.........
Kamu punya tujuan untuk orang lain. Jadi di dalam keadaan yang memaksamu buat sepesimis apapun, yang bikin kamu capek banget, pengen nyerah, kamu bisa inget ada orang-orang yang bisa kamu selamatin, yang bisa kamu perjuangin. Ga apa apa kalau hanya orang-orang tertentu, tapi siapa tahu dari 3 orang bisa membuat perubahan yang lebih besar. 3 orang berpikir, berusaha dan memberikan perhatian yang lebih keras lebih baik dari 20 orang yang nggak mencoba mengerti satu sama lain dan hanya nunggu disuruh baru begerak. Karena 3 orang itu lah yang nanti bakal disebut pemimpin. Wkwkwk Tuhan lebih besar dari masalahmu jadi percaya pasti bisa teratasi.
Semoga selalu dilingkupi nyawa semangat, Integrasi..

Komentar

Popular Posts

Asisten Praktikum : Bertransformasi

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)

EXERGY: WORK POTENTIAL OF ENERGY (TERMODINAMIKA)