Harm Posts (hahaha) pt.2

Bukan pertama kalinya aku kerja dalam tim, setelah bekerja ini. Kuliah empat tahun, tiga setengahnya aku berkutat dengan team work, satu tahun jadi orang pertama disamping pemimpin. Bukannya ngerasa paling bisa sih, tapi setidaknya kan sudah ada pengalaman berada di sebelah pemimpin itu bagaimana. Dan akhirnya di tempat kerja diberi kesempatan yang sama.

Kalo waktu kuliah, aku sama pemimpinku ini nyaris selalu satu suara. Aku nyaris nggak punya ketidak sukaan berlebih yang harus aku simpan apalagi sampai mengganggu dalam bekerja di dalamnya. Aku selalu punya kesempatan untuk menyampaikan apa saja yang mengganjal dan tidak bersesuaian antara aku dengan dia. Yang penting, ketika keluar itu sudah harus satu suara, meskipun sebelum itu harus baku hantam dulu. Tapi nggak sih, nggak pernah sampai segitunya juga.

It might happen when we're in the same age. Terus di tempat kerja ini, pemimpinnya udah seumuran orang tua di rumah.Tapi engga, makin kesini aku mulai tidak terbebani dengan usia. Awal-awal sih iya, takut aja kan ya kualat sama orang tua. Jadi di tempat kerja ini aku punya dua atasan langsung (maksutnya itu, atasan yang tupoksinya langsung impact di tupoksi aku) maaf aku tidak bisa menjelaskan siapa dan jabatan apa pihak-pihak yang aku ceritakan disini karena takut aja hahahaha. Lanjut. Jadi itu dua atasan ini bertingkat, artinya atasan yang satu lebih tinggi satu tingkat. Oke supaya tidak bingung, kita sebut saja atasan 1 dan atasan 2. Atasan 1 ini perempuan dan atasan 2 laki-laki.

Atasan 2 dulu deh. Atasan 2 ini mutasinya bareng dengan aku. Jadi kita sama-sama baru masuk di OPD ini tanggal 1 November. Dan kesamaannya lagi adalah dulu beliau atasanku di tempat lama. Dan kesamaannya lagiii adalah beliau dulu guru SMP ku, yang aku bebas banget buka buku kalo lagi ulangan. At least, aku tau (meskipun tidak banyak juga) tentang beliau. Sejauh ini masih akurat. Beliau adalah orang yang harus selalu diingatkan, apa saja yang harus dilakukan hari ini, apa saja yang harus dilaporkan atasan 1, apa kabar surat disposisi yang masuk, bagaimana pelaksanaan timeline kegiatan. Kalo mau rapat bahan dan pointer harus disiapkan. Bahkan saat rapat berlangsung, pembicaraan tetap harus dikontrol dan disenggol sedikit untuk mengingatkan pointer rapat. Catatanku isinya tidak hanya apa yang harus aku lakukan hari ini, tapi apa yang harus aku ingatkan ke beliau hari ini. Sebenarnya, atasan dua tidak hanya membawahi aku. Ada dua partnerku (don't expect too much, dua orang ini juga bapak-bapak) usia 48 tahun dan 52 tahun. Yang satu fokus dengan pelaksanaan keuangan dan yang satunya lagi diandalkan untuk teknis lapangan. Kesimpulannya, jalannya Seksi setiap hari menjadi tanggung jawabku secara langsung ataupun tidak. Btw titik terjengkel dari bekerja dengan beliau udah sampe di tahap aku nangis, haha:) Udah sampai pernah di titik pahit banget artinya itu for mee. Tapi akhirnya kejadian itu jadi evaluasi tidak hanya untukku tapi juga bapak-bapak partner dan atasan 2 sekaligus. Walaupun belum merasa bener-bener terlewati, tapi setidaknya It's going better now.

Temen-temen di tempat kerja lama atau tiap orang yang tau bagaimana kerjaanku saat ini pasti selalu nanya, "kamu nggak capek kah?". Capek fisik iya, tapi untungnya aku bukan kaum rebahan wkwk. Justru sebenernya dari capek fisik itu makin kesini makin kerasa manfaatnya, makin banyak pelajaran dan pemahaman baru yang didapat. Dan aku memang suka terenyuh dengan suasana belajar. Dibawa ketemu manusia itu capek fisik langsung nggak berasa. Dipake tidur jam 11 sampai jam 5 udah hilang. Selama nggak capek hati dan pikiran, udah Alhamdulillah banget<3 Aku harap capek yang itu tidak akan menghampiriku^^

Lanjut Atasan 1. Di beliau melekat dua kata, cepat dan perfect. Paling kagum dan belajar dari beliau itu soal perencanaan. Apalagi aku juga suka melakukannya, tapi beliau itu ah keren banget perencanaannya. Bener bener sesigap itu ketika akan mengerjakan apapun. Beliau itu orangnya selalu harus berdasar dan bersumber, pasti kalo laporan selalu ditanya "mana regulasinya?" which is pola pikir manusia yang aku kagumi semenjak kuliah. Menghadapi beliau itu pasti harus bawa data, berargumen artinya bawa regulasi, bawa perda, perwali, permen, atau minimal juknis. Karena harus menghadapi beliau, aku juga tertrigger untuk lebih banyak belajar. Pola kerja beliau emang bisa jadi panutan. Bukan gila kerja, tapi fokus di jam kerja. Tapi kerja dibawah beliau memang membuatku tidak pernah punya jam kosong di jam kerja sih haha (jadi aku tuh suka kesel sendiri kalo baca postingan yang sarcasm dan menyudutkan PNS gitu, soalnya aku kan nggak ngerasa gitu). Tapi seseorang yang perfeksionis itu punya titik yang perlu dikeluhkan juga sih. Ada saatnya kita dalam keadaan salah paham, tapi karena perfeksionis dan mungkin merasa diri lebih baik jika melakukan hal tersebut dibanding orang yang bersangkutan, akhirnya orang yang bersangkutan tidak diberi kesempatan untuk menjelaskan, dan sudah dianggap salah. Akhirnya ada yang tersakiti deh. Jadi sebenernya pemimpin itu butuh sikap berusaha mendengarkan lebih banyak, tanpa memilih siapa yang hanya pekerjaannya selalu baik atau yang kompetensinya bagus. Supaya tidak ada bawahan yang merasa termarginalkan.

Sebagai aku yang selalu dibilang orang "wah baru lulus kuliah masi mudah sudah jadi PNS, hebat" sama sekali bukan membuat bangga. Takut. Dianggap muda, dianggap belum punya pengalaman, dianggap terlalu idealis. Berpendapat tidak dipertimbangkan, tidak diikutsertakan dalam pengambilan keputusan, hanya bertugas menerima perintah, bikin surat, kerjaan-kerjaan yang nggak pake otak, I never want become like that. Sampai sekarang selalu berusaha berpendapat dan menyampaikan gagasan, walaupun masih sangat ditahan-tahan di beberapa bagian. Untungnya partner kerja yang saat ini, dengan segala kekurangan yang dipunya, beliau-beliau selalu menghargai pendapat yang keluar dari pikiran siapa saja, termasuk aku. Bahkan beliau-beliau meminta pendapatku di beberapa kesempatan. Aku suka lingkungan yang membiarkan pikiranku bertumbuh kemana saja, yang penting tidak dihentikan karena dianggap terlalu idealis dan tidak tahu apa apa. Karena aku tau banget rasanya haha:)) ditunjuk tunjuk di rapat, diajak berargumen tapi tidak diberi kesempatan berargumen (ini sakit serius), dianggap tidak hormat dengan orang tua, dan anggapan-anggapan yang membuat aku bilang ke diriku "nanti kalo kamu udah jadi senior disini, plis jangan jadi orang tua yang norak kayak mereka". Menurutku ya, di tempat kerja, jadi orang tua yang baik adalah orang tua yang justru lebih banyak mengajak anak mudanya untuk brainstorming segala isu yang dihadapi saat ini, lebih banyak berbagi pengalaman, lebih banyak menyarankan banyak hal, dibanding nyuruh kerjain ini itu hanya karena aku sudah tua bingung sudah aku pakai komputer ini. Ada? Banyakkk.

Jadi sebenernya jadi anak muda di pemerintahan itu mudah, mudah untuk mengerjakan pengadministrasian. Susah kalo ingin lebih banyak berpendapat, apalagi menyanggah.
Pesan aku ke diriku cuman satu, tetap ngerasa tidak tau banyak, tetap tidak merasa yang penting semua orang suka sama aku di tempat kerja, dan tetap merasa cukup dengan gaji pokok, uang makan, dan tunjangan kinerja.
Jangan kasih kendor ya wahai anak muda!

Komentar

Popular Posts

Asisten Praktikum : Bertransformasi

Indonesia sudah Menyediakan Kebebasan Berpendapat, Budaya Diskusi itu Penting!

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)