Sejauh Mana Islammu?



Sebagian besar dari kita sudah sepatutnya bersyukur. Bersyukur utuk apa? Bersyukur untuk hidayah islam yang sudah kita dapatkan jauh sebelum kita terlahir ke dunia. Coba saja kalau kita mencoba sedikit menengok ke dunia luar. Masih banyak orang-orang yang mendapatkan hidayah islamnya ketika mereka sudah menginjak dewasa bahkan lansia, dan banyak yang tidak sempat merasakan nikmat islam bahkan sampai ajal sudah di pelupuk mata.
Kita sudah mengenal islam bukan hanya sekedar satu dua atau tiga tahun. Kita sudah mengenalnya kurang lebih delapan belas tahun. Seharusnya islam itu sendiri sudah mendarah daging dalam diri kita. Namun, apakah sudah? Sudah sejauh mana pemahaman islam kita yang delapan belas tahun menyatu bersama aliran darah dan denyut nadi kita?
Pengenalan pertama, di dalam lingkungan keluarga. Orang tua mengajarkan seperti apa ibadah yang bernama solat itu. Diawali dengan solat karena ikut-ikutan kakak dan orang tua. Kemudian mereka mengajarkan bahwa solat bukan hanya sekedar berdiri tegak, membungkuk, dan ini itu. Tapi solat adalah kewajiban umat muslim yang harus dilakukan lima kali dalam sehari. Ketika solat juga ada bacaan yang harus dibaca, kemudian mulailah menghafal bacaan-bacaan solat. Sampai akhirnya bacaansolat bukan hanya sekedar dihaflkan agar tidak lupa saat solat, tapi bacaan solat punya makna bahwa kita sebagai manusia punya kewajiban menghamba kepada sang Pencipta, Allah SWT.
Pengenalan kedua, di lingkungan luar. Masuk dalam dunia Taman Pendidikan Al-qur’an. Belajar mengaji bersama ibu guru dan juga bertemu dengan banyak teman. Awalnya yang hanya mampu mengeja satu dua kata sampai akhirnya fasih membaca al-qur’an. Awalnya mampu membaca sekadarnya saja tanpa terlalu memperhatikan tanda bacanya, sekarang sudah memperhatikannya dengan baik. Surat-surat pendek, doa sehari-hari, dan ilmu-ilmu islam standar, seperti rukun iman, rukun islam, naman-nama nabi dan malaikat sudah mulai diketahui. Tanpa disadari, gelas bening yang semula kosong perlahan mulai terisi.
Fase selanjutnya ini sudah tidak dapat disebut sebagai pengenalan lagi. Karena disini kita sudah harus menyadari bahwa islam bukan hanya seperti solat, mengaji, berpuasa, hafal surah-surah dalam al-qur’an. Tapi islam punya hukum untuk sesuatu yang harus dilakukan, boleh dilakukan, dan haram dilakukan. Semakin luas dunia luar dijajali, makin banyak kita menemukan orang yang luar biasa pemahaman agamanya. Bahkan tidak sedikit orang yang mampu menghafal buku tebal pedoman umat islam yang bernama Al-qur’an itu.
Pemahaman kita mungkin tidak ada apa-apanya. Untuk itu, sebaiknya janganlah sampai perasaan puas sudah kita miliki. Sebab islam itu sangatlah luas. Islam melingkupi segala hal dalam kehidupan kita. Disadari atau tidak sebenarnya kita dapat selalu membawa islam dimanapun dan kapanpun, asalkan semua kegiatan kita diniatkan untuk mencari keridhaan Allah. Menuntut ilmu untuk mencari ridha Allah, insya Allah ilmu yang didapat akan lebih berkah dan bermanfaat. Selain itu, jika segala kegiatan yang diniatkan untuk mencari ridha Allah maka besar kemungkinan kita untuk terhindar dari perbuatan dosa. Karena jika diniatkan untuk Allah, Allah pula yang akan menghindarkan kita dari segala macam dosa.
Teruslah belajar apa itu islam. Selalu ingin mengerti mengapa islam begini mengapa islam begitu. Karena semakin kamu mengetahui satu ilmu lagi semakin kamu akan sadar bahwa ilmu yang kamu miliki ternyata masih tidak ada apa-apanya dan kamu akan semakin termotivasi untuk mempelajari agama ini lagi dan lagi. Semangat menuntut ilmu, iman, dan islam!

Komentar

Popular Posts

Asisten Praktikum : Bertransformasi

Indonesia sudah Menyediakan Kebebasan Berpendapat, Budaya Diskusi itu Penting!

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)