My Week of Corona Viruse Disease

Hari Senin minggu lalu sudah ada rapat Eselon untuk surat pemberitahuan dan konsep siswa belajar mandiri di rumah selama 14 hari. Guru-gurunya mulai gelisah kenapa mereka masih tetep masuk, pengen tak pites ngeselin.

Temen-temen PNS di kota lain udah ada yang share WFH. Beberapa temen disini mulai pada berisik pengen WFH juga. Ini juga sama ngeselinnya.

Awal minggu lalu masih ngomong ke mbak Evi, "mbak kok aku kayak biasa aja ya masih sama Corona, ya paling tetep jaga imun dengan minum vitamin C dan cuci tangan kalo mau makan" dan dijawabnya, "sama aku juga".

Di kantor mulai ada beberapa orang yang melapor ke Dinas Kesehatan karena baru pulang dari perjalanan dinas daerah zona merah, dan mengambil sikap dengan isolasi mandiri di rumah.

Absen fingerprint mulai diganti absen manual. Pulpen masing-masing.

Apel pagi ditiadakan.

Akhir minggu mulai kehidupan sosial mediaku berkutat di berita yang sama. Belum lagi berhadapan berita-berita bersumber tidak jelas yang beredar di Whatsapp Grup (WAG). Untung aku sudah tidak main Facebook.

Mulai serem melihat berita dokter-dokter spesialis garda terdepan penanganan di Indonesia meninggal, lebih dari tiga orang!

Ditambah lagi pasien yang baru terdiagnosis setelah meninggal.

Kemudian Kaltim yang udah punya pasien positif. 

Bontang minggu lalu berkutat dengan Pasien Dalam Pemantauan (PDP) yang udah masuk RSUD tapi hasilnya belum keluar. Aku terus pantau lewat kak Yuyun (kakak sepupu, perawat RSUD). Memastikan setiap info lokal yang aku terima ke dia.

Minggu malam kemarin, aku masih ke Bolang bareng sama mas Yus dan mas Hai.

Malam itu juga Sekretariat Daerah mengeluarkan edaran Walikota untuk WFH. 85% pegawai akhirnya memutuskan untuk tidak berkantor mulai hari Senin.

Aku masih tetep masuk hahaha aslinya tuh emang ngga terlalu pengen di rumah. Aku juga tidak tau kenapa.

Akhirnya ikut lagi rapat Eselon untuk mengeluarkan edaran perpanjangan belajar mandiri di rumah dan sistem WFH internal Dinas Pendidikan.

Tadi malam akhirnya Bontang udah punya pasien 01. 

Identitas pasien mulai beredar.

Info tentang penyusuran tempat-tempat umum yang sempat didatangi pasien sebelum isolasi juga beredar.

Kepalaku langsung pusing. Sepertinya gejala psikomatik.

***

Salah satu hal yang berbeda semenjak fenomena Covid-19 ini adalah lebih saling mendoakan satu sama lain. Setiap chat sama keluarga atau temen pasti terselip doa semoga semua dilindungi dari penyakit apapun. Lebih sering mendoakan satu sama lain. Rasanya lebih hangat aja.

Kayaknya aku perlu social media distancing juga. Karena pesan kak Yuyun, "jangan terlalu panik, tetap tenang karena kalau panik bisa menurunkan imun, jika imun turun maka virus lebih mudah masuk".

Semoga Allah masih memilih kita untuk mencari penghidupan yang baik di dunia setelah badai Covid-19 ini berlalu. Aamiin Allahumma Aamiin.

Komentar

Popular Posts

Asisten Praktikum : Bertransformasi

Indonesia sudah Menyediakan Kebebasan Berpendapat, Budaya Diskusi itu Penting!

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)