"terima kasih pak telah membuat semangat saya naik kembali"
Selamat datang Evaluasi Akhir Semester a.k.a. EAS!!
Akhirnya diri ini sampai di penghujung status mahasiswa tahun kedua. I almost finishes half of my study!
Sedikit cerita...
Jadi hari ini habis dihantam dengan tiga ujian (kuis Fisika Matematika 2, EAS Geologi Dasar, dan TOEFL Preparation). Dan telak saya benar-benar sangat merasa dihantam hari ini. Meskipun EAS Geologi Dasar sudah cukup meringankan dengan sifatnya yang open-everything-you-have. Tapi bukan, bukan itu yang menampar. Tapi kuis Fisika Matematika 2. Saya tidak melakukan kewajiban saya seharusnya ketika akan kuis, belajar. Saya tidur. Tanpa berdosa. Sampai pagi.
Sebenarnya bukan itu intinya. Saya hanya menjelaskan bahwa saya sampai saat ini masih "labil". Begitu sulitnya menjaga keistiqomahan sampai saat ini. Saya tidak membayar waktu yang saya gunakan untuk hal lain padahal belajar sudah saya tetapkan sendiri untuk mendapatkan hak dalam 24 jam saya. Mendzalimi waktu, luar biasa Pew.
Namun saya masih berasa sangat beruntung. Kenapa? Sebab saya punya banyak stock reminder amanah ketika semangat ini sedang berada dalam garis kritis (garis batas antara comfort-lazy-zone dan melek-tanpa-batas-zone) mulai dari amanah sebagai hamba Allah, amanah dari orang tua yang harus dipertanggung jawabkan sampai mendapat gelar S.Si tanpa molor, amanah dari diri sendiri untuk tidak membawa serta keterpurukan dalam historical living, dan amanah dari negara untuk tidak menambah list "mengapa indonesia masih stagnan dalam status negara berkembang?" akibat kemalasan pelajarnya.
Jadi "terima kasih pak telah membuat semangat saya naik kembali" adalah seorang dosen saya yang sangat menginspirasi. Beliau atlet, iya atlet fisika. Perjalanan hidup manis asam asin pahit telah dilalui bersama fisika. Melahap berbagai variasi soal? Saya tidak ragu dengan kemampuan beliau. Semangatnya yang tinggi, saya iri bagaimana cara mempertahankannya.
Saat ini saya sedang mengambil salah satu mata kuliah yang cukup berat (4 sks, tapi sebenarnya masih ada yang lebih berat) dengan beliau sebagai dosen pengampunya. Sebelumnya saya telah mengambil mata kuliah yang sama (tahap 1) dan sekarang tahap 2 dengan dosen yang sama. Beliau adalah dosen dengan peminatan teori. Fyi, bidang minat teori di jurusan fisika tidak sebercanda menghitung jarak maksimum yang mampu dicapai oleh bola yang bergerak dengan lintasan parabola. Bukan, itu fisika dasar 1.
Fisika itu sulit dan mata kuliah ini sulit, tapi saya bersyukur berada dalam tangan dosen yang tepat. Entah kenapa saya yang kadang hilang semangat secara mendadak dan seketika performa beliau saat mengajar di kelas saja bisa menaikkan semangat saya kembali. Beliau punya aura performa mengajar yang baik, entah karena jiwa atletnya itu yang membuat saya terpacu "masa belajarnya mahasiswa kalah sama dosennya?".
Sebelum memberi materi di kelas, beliau selalu belajar terlebih dahulu entah H-beberapa menit sebelum masuk kelas atau malamnya. Sampai dini hari, berdasarkan penuturan salah satu dosen yang satu atap dengan beliau. Tapi serius It's not kidding. Mungkin karena itulah materi yang disampaikan beliau di kelas selalu runtun dan mudah dipahami. Terkadang kami punya time-offside yang impactnya adalah Fismat yang sebenarnya itu bukan 4 sks, tapi 6 sks. But I absolutely understand, beliau ingin kami benar-benar paham.
Tapi nilai tambah dari sosok dosen Fisika Matematika saya itu adalah sosoknya yang sering mengingatkan tentang usaha dan kerja keras. Beliau sangat percaya bahwa keberhasilan itu hanya akan wacana tanpa persiapan dan usaha. Selalu menyertakan quotes-quotes dari ilmuwan fisika, sangking beliau yakin bahwa belajar itu proses dan belajar itu kerja keras. Belajar itu mengingat Tuhan, ibadah.
Beliau adalah penganut kristen protestan yang religius, penghafal alkitab, dan saya rasa beliau sangat mencintai Tuhan. Seringkali beliau mengingatkan bahwa usaha akan selaras dengan hasil apabila kita menyertakan Tuhan didalamnya. It's the point! Allah tidak hanya hadir disaat salat dan ngaji, Allah juga hadir disaat kita sedang belajar Fismat, disaat kita sedang berusaha meraih mimpi. Sebab hidup itu punya 3 elemen, yaitu berdoa, belajar, dan mengabdi.
Mengutip percakapan saat kami sedang mengalami time-offside
D: Kita sampai jam 6 ya (padahal harusnya keluar di setengah 6)
M: Yaaah pak... Pak belajar itu ga boleh berlebihan pak, ga baik (ngeles parah)
D: Lah iya bener, di dunia ini tidak ada yang boleh berlebihan selain satu hal. Apa itu?
M: Mencintai Tuhan pak
D: Nah iya itu tau, belajar itu sama dengan ibadah to? Nah berarti sama saja dengan mencintai Tuhan
M: (speechless)
Saat itu saya sendiri menjadi lebih sadar, "dosenku aja semangat, masa aku yang belajar kalah? dosenku buat ngajar aja belajar mati-matian, masa aku yang diajar malah ga belajar?".
Urusan Ketuhanan. Meskipun antara saya dan beliau mempunyai keyakinan yang berbeda, selama tidak menyekutukan satu sama lain berarti tidak salah jika saya mengambil part yang baik kan?
"terima kasih pak telah membuat semangat saya naik kembali"
"terima kasih pak telah membuat saya sadar bahwa kuliah itu bukan untuk S.Si., tapi untuk belajar"
"terima kasih pak telah membuat saya sadar bahwa fisika dan Allah itu jaraknya hanya antara ibu jari dan kukunya"
"terima kasih pak telah menyadarkan saya bahwa hidup itu tidak sebercanda mengulang mata kuliah 4 sks"
Komentar
Posting Komentar