Jurusan Fisika?




“Wah, sekarang sudah kuliah ya? Ngambil apa mbak?”
“Alhamdulillah, ngambil mipa fisika bu.”
*hening*
Ketika saya ditanya oleh beberapa orang terkait jurusan apa yang saya ambil saat kuliah, dan respon terakhir hampir sama. Diam atau paling tidak hanya berkata “ohalah”. Bahkan setiap kali penerimaan mahasiswa baru, jurusan mipa fisika selalu menjadi jurusan yang paling tidak diminati. Saya sempat berfikir, setidak menarik itu kah jurusan fisika?

Seorang dosen saya yang merupakan jebolan dari Hiroshima University dengan konsentrasi Fisika Teori mengatakan, “anda mengerti kenapa ketika orang-orang menanyakan jurusan kuliah anda dan anda menjawab fisika lantas mereka hanya terdiam?”. Saya cukup merasa turut berbangga atas pernyataan beliau yang mengatakan, “ya jelas. Mereka bingung mau menanyakan. Fisika itu dasar. Dan sangking dasarnya, sampai bingung apa yang harus ditanyakan. Karakter Indonesia, mengabaikan yang dasar. Jadi selamat, anda anda adalah pilihan untuk merubah karakter Indonesia.”

Ada beberapa hal yang memberatkan seseorang memilih fisika, apalagi mipa. Tidak tahu dapat menjadi apa, terkesan suram. Ujung-ujungnya jadi dosen. Itu juga pemikiran saya di tahun pertama menjadi mahasiswa fisika. Saya akui fisika memang tidak mudah, apalagi saya sedang berhadapan dengan mipa. Isinya murni analisa. Ketika persamaan yang digunakan oleh para engineer harus kita yang dapatkan dari mana asalnya. Lumayan kurang kerjaan.

Namun, hal-hal unik mulai saya dapatkan di tahun kedua. Dan saya sarankan, kamu yang telah memilih jurusan fisika harus mendapatkan sense seperti ini supaya lebih semangat empat tahun bersamanya. Ketika saya sadar, bahwa teman-teman saya yang calon engineer (engineer apapun) mempelajari materi yang juga saya pelajari disini. Bahkan, di kampus saya, mahasiswa tidak murni analisis. Kami juga praktik, kami juga ngelab, kami juga penelitian, dan proyek pun datang silih berganti. Ini yang membuat saya pribadi mulai cinta dengan fisika.

Selain itu, saya juga menyadari. Pantas fisika merupakan dasar dari segala ilmu pengetahuan. Fisika mempelajari mulai dari kehidupan sehari-hari, sampai tata ruang angkasa dan dimensi. Satuan terkecil kehidupan, fisika punya fisika inti dan partikel. Pembuatan berbagai macam bahan untuk keperluan teknologi, fisika punya fisika material. Fisika bumi juga ada. Perilaku electron dan muatan, saya juga mempelajarinya. Fisika itu makna luas, sampai saya merasa semakin belajar ternyata semakin banyak ilmu yang saya belum ketahui selama ini.

Yang lain, dari belajar fisika saya belajar bahwa segala sesuatu harus dilakukan secara beruntun dan sabar dengan proses agar mendapatkan hasil yang benar, contohnya saat mendapatkan persamaan frekuensi pada gelombang yang sebelum menurunkannya harus dimulai dengan hukum kekekalan energi mekanik kemudian menghubungkannya dengan persamaan diferensial orde dua sampai ditemukan frekuensi. Ada lagi, ketika gagal maka kita harus kembali ke langkah pertama dan mencari tau mana letak kekeliruannya, disinilah kegigihan diuji. Bahkan dosen yang tadi saya sebutkan sebelumnya, telah membuat sebuah buku (re: Ayat Ayat Semesta dan Nalar Ayat Ayat Semesta) yang isinya adalah mengaitkan antara ilmu fisika dengan isi Al-Quran yang luar biasa. Nilai tambah keyakinan saya, bahwa fisika bukan sesuatu yang mengatarkan mereka yang memilihnya pada suramnya nurunin rumus.

Berpeleluang ke luar negeri dan bertemu dengan scientist dunia, bisa belajar sampai S3, penelitian menembus jurnal internasional, berada dalam converence dunia adalah deretan mimpi saya. Bantu aminkan semoga dapat tercapai yaa….

Dari hal itu, saya belajar bahwa “setiap ilmu itu baik, dan punya segala kebaikan yang tersimpan bagi siapa yang bisa membagikan kebermanfaatan untuk sekitar”.


Komentar

Posting Komentar

Popular Posts

Asisten Praktikum : Bertransformasi

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)

Dioda, Bagaimana proses terjadinya forward biased dan reverse biased?