Pemikiran Setelah Nonton

Baru aja menyelesaikan kurang lebih 48 menit video ngobrolnya Habib Husein Ja'far sama Gitasav (link video) yang mengangkat viralnya lepas jilbab selebgram Rachel Vennya.
Bukan pemikiran itu yang aku ingin aku tuliskan disini. Tapi tentang berislam yang aku yakini adalah bentuk berpengalaman. Sekitar tahun 2017 aku mulai menemukan penemuan ini. Dan masih aku pegang sampai hari ini. Pernah juga aku tulis pemikiranku pada saat itu (link tulisan).

Salah satu kutipan dari Habib yang juga beliau ambil dari nasehat pendahulu adalah "Jalan menuju Tuhan adalah sebanyak jumlah nafas manusia" (Syeikh Muhammad Nazim).
Abis itu langsung negur diri sendiri. Kita nih siapa sih kadang suka negur bentuk beragama orang lain hanya berdasarkan apa yang kita lihat? Padahal spiritual itu di dalam hati. Hubungan Tuhan dengan manusia itu sesuatu yang nggak bisa diukur sama manusia lain. Ngeri banget ya ternyata kebiasaan buruk itu.

Terus sepanjang nonton itu langsung bersyukur banget, Alhamdulillah Allah masih memilih aku dari sekian banyak manusia yang mungkin lebih taat kepadaNya untuk bisa memegang ibadah berdasarkan sesuatu yang lebih otentik dari sekedar landasan hukum wajib/tidaknya. Atau emang dasarnya aku yang bebal ya, udah tau wajib juga nggak dikerjain. Tapi tetep Alhamdulillah.

Manfaat ibadah terbaik yang aku rasakan sejauh kehidupan beragama ini adalah ketenangan batin. Mau aku cari dengan cara lain, nggak pernah ketemu. Sampe akhirnya aku berhenti mencari dan hanya menggunakan jalan ibadah untuk menemukan ketenangan batin. Sepenting itu kah ketenangan batin untuk aku? Iya. Aku bakal muring-muringan dan sangat terganggu dengan kemuring-muringan itu.

Hal sesederhana Bismillah aja ya. Dulu, aku sering banget diingetin sama Nenek aku kalo mau ngapa-ngapain tuh Bismillah. Terus ya aku paling yaudah iya in aja, dipraktekkin kalo inget. Sekarang tuh pas udah paham artinya "Dengan menyebut nama Allah". Apa ya..... Nggak bisa dijelasin makna di dalam hati nya tub kayak, ya Allah izinan aku untuk bisa menyelesaikan apa yang aku kerjakan ini atas izin Mu. Kayak......yauda kita serahin aja semuanya sama Allah, karena emang semuanya itu tergantung Dia.

Sama kayak Dzikir. Dulu tuh, abis solat, ada temen sebelah aku yang Dzikir. Ngerasanya kayak cuman sebagai ritual abis solat orang lain aja. Sekarang kalo abis solat, ngucap Alhamdulillah itu kayak lega banget. "Segala puji bagi Allah" Allah masih enggan mengangkat nikmat ibadahku, nikmat untuk buru buru ambil air wudhu saat tiba waktunya, nikmat untuk tetap meyakini pemberi segala hal dalam diri ini datangnya hanya dari Allah. Kalo Allah itu nggak kasih, kita nih bukan apa-apa. Alhamdulillah nggak sih????

Sama lagi kayak bilang Insha Allah. Entah lah ya sampai sekarang tulisan latinnya masih suka jadi perdebatan. Tapi intinya mau nulis yang artinya "semoga Allah menghendaki". Dulu suka kesel aku sama orang yang suka ngomong "Insha Allah ya". Soalnya pasti kemungkinan besar nggak jadi. Makanya aku jarang ngomong gitu, iya ya iya, engga ya engga. Bukan ngomong Insha Allah supaya ntar nggak papa kalo berubah di tengah jalan. Tapi makna dalamnya nih, misalnya kita punya cita-cita atau rencana baik lah, kita doakan hal itu bisa lewat kalimat Insha Allah. Sedalam itu kan, semoga Allah mengizinkan kita untuk melakukannya.

Ya pokoknya beragama itu nggak bisa dihakimi sama apa yang bisa kita liat dengan kasat mata. Pernah baca lupa tapi dimana, ada nasehat "jangan bicarakan keimanan perempuan yang berjilbab dengan tidak, bisa jadi dia yang tidak berjilbab ternyata saat beribadah lebih banyak meneteskan air mata daripada kamu yang berjilbab".

Aku punya seorang temen SMA yang dulu deket, tapi terpisahkan oleh kuliah terus akhirnya ketemu lagi abis lulus. Dia berpakaian syar'i (setidaknya jauh lebih syar'i dariku). Pribadi yang bisa membawa ketenangan untuk aku yang ada di sebelahnya, nggak tau alasannya apa. Padahal dia juga nggak ceramah di depanku. Ya akhirnya aku juga jadi bertanya tanya sendiri, nih orang kenapa bisa membawa ketenangan seperti itu ya buat aku? Akhirnya kita bisa meneladani apa yang dia kerjakan, yang belum kita kerjakan? Dakwah terbaikkkk yang aku terima. 

Buat aku sendiri, nggak usah lah pew kamu sibuk dengan kehidupan beragama orang lain. Kita sibuk membicarakan kenapa dia lepas jilbab, kenapa dia akhirnya pacaran, kenapa dia kok ngga pernah posting ttg agama. Pertama, kita nggak tau 24/7 amalan orang lain. Kedua, kita nggak tau amalan kita udah sebagus apa di penilaian Allah sampai berani nilai orang lain. Ketiga, jangan sampai kekhusyukan kehidupan beragama kita terdistraksi oleh faktor luar. Biar aja pew, kita punya peta jalan beragama sendiri kok. Kapan kita harus jalan dan kapan kita harus kembali ke step yang itu dan mengevaluasinya sampai beneran lulus.

Allah Maha Tahu jauuuuh melebihi kita, jangan lupa. 

Komentar

Popular Posts

Asisten Praktikum : Bertransformasi

Indonesia sudah Menyediakan Kebebasan Berpendapat, Budaya Diskusi itu Penting!

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)