Mengenang 22 Mei
22 Mei 2007
Malam itu ada yang membuat aku menyadari bahwa aku berbeda dengan teman-temanku. Ada yang mereka punya, tapi aku tidak. Sudah tidak punya lagi lebih tepatnya.
"Ketika kamu punya itu, maka pasti semuanya akan baik-baik saja", salah satu quote yang aku temukan di film. Benar, aku tidak punya itu dan semuanya tidak berjalan baik-baik saja. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku sedang baik-baik saja.
Kepahitan yang tidak dapat ditolerir adalah ditinggalkan pulang. Aku paling senior dalam merasakan ini dibanding kalian semua.
Aku paling tau cara yang tepat untuk terlihat tetap sehat padahal racun sudah nyaris mengambil nyawa. Itu tidak sulit.
Tapi tenang, itu sudah lewat.
Sudah 11 tahun ternyata.
Aku tetap melanjutkan hidup. Menjadikan hidup yang sudah diberikan menjadi sedikit berarti, paling tidak untuk orang-orang yang berarti.
Malam itu ada yang membuat aku menyadari bahwa aku berbeda dengan teman-temanku. Ada yang mereka punya, tapi aku tidak. Sudah tidak punya lagi lebih tepatnya.
"Ketika kamu punya itu, maka pasti semuanya akan baik-baik saja", salah satu quote yang aku temukan di film. Benar, aku tidak punya itu dan semuanya tidak berjalan baik-baik saja. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku sedang baik-baik saja.
Kepahitan yang tidak dapat ditolerir adalah ditinggalkan pulang. Aku paling senior dalam merasakan ini dibanding kalian semua.
Aku paling tau cara yang tepat untuk terlihat tetap sehat padahal racun sudah nyaris mengambil nyawa. Itu tidak sulit.
Tapi tenang, itu sudah lewat.
Sudah 11 tahun ternyata.
Aku tetap melanjutkan hidup. Menjadikan hidup yang sudah diberikan menjadi sedikit berarti, paling tidak untuk orang-orang yang berarti.
***
Kalau ingat malam itu, aku jadi ingin berterima kasih.
Kepada Papa, yang sudah menjadi orang terbanyak kontribusinya. Semoga tidak pernah sakit raga maupun jiwa.
Kepada Mama, Ibu sambung yang sampai sekarang aku tidak paham mengapa meng-iya-kan Papa yang tidak pernah menjanjikan kebahagiaan. Semoga semakin lapang hatinya.
Kepada Wipa, yang tidak pernah mengerti cara bersedih. Semoga selalu hidup tanpa merasa susah.
Kepada Syifa, Kiya, dan Aji, yang sudah hadir dan membuat kami sadar bahwa hidup harus diupayakan karena banyak orang yang harus dibuat bahagia.
Kepada tante-tante, yang sangat berjuang untuk menutupi kebutuhan anak 10 tahun akan kehadiran Ibunya.
Kepada semua teman yang pernah atau sedang hadir. Mereka adalah tempat istirahat dari masalah.
Kepada Tuhan, yang selalu memberikan jiwa yang ikhlas dan kuat kepada setiap nyawa yang merasakan setiap bentuk kehilangan.
Aku yakin, tempat terbaik telah disiapkan. Tempat yang pasti lebih baik dari tempat yang aku siapkan seandainya Mama masih ada.
***
Ditulis dalam keadaan tidak bersedih
22 Mei 2018
Komentar
Posting Komentar