Mencari Pijakan

Paling miris kalo blog-walking karena blog ini punya jangka dua sampai tiga bulan baru bisa punya postingan terbaru.
Tulisan cukup random hari ini.


Semester genapku yang ketiga kalinya, ya sudah tahun ketiga ternyata. Kurang lebih enam bulan lagi sudah berstatus mahasiswa tahun keempat. Banyak orang yang akhir-akhir ini bertanya - dari dosen, temen temen sendiri, sampai orang tua - habis lulus mau kemana? Dan aku dengan perasaan yakin ga yakin - tapi lebih banyak ga yakinnya - menjawab, "inshaa Allah kuliah lagi". Sampai sekarang cuma itu yang kebayang setelah lulus, apply beasiswa dan cari universitas yang bersedia menampung mahasiswa fisika lulusan institut yang masih katanya berakreditasi "baik".
Ada teori yang bilang kalo hasil berbanding lurus dengan usaha, dan aku percaya itu tapi tidak dengan tindak lanjutnya. Nihil. Aku belum melakukan apapun untuk menyiapkan target setelah lulus strata 1 ini. Paling tidak, sampai hari ini aku sudah mulai belajar lebih bahasa inggris supaya nanti dapat score toefl yang paling tidak bisa dianggap, "kamu pantas dapat beasiswa". Belajar pun bukan yang struggling banget sampai dini hari. Aku belajar untuk mencicil tugas, aku belajar agar besok ketika dosen menjelaskan aku ga bingung apa yang diomongin, aku ga ikut lomba apapun untuk menunjang kemampuan akademis, dan ketidakefektifan lainnya yang kulakukan.
Tapi katanya, niat itu sudah setengah perjalanan. Dan setidaknya aku sudah punya gambaran terkasar di depan mata. Lagi lagi hanya tinggal memulai, tapi sulitnya bukan main.

Bicara soal meningkatkan kemampuan akademik mungkin ga lepas dari mereka yang reaktif banget sama lomba. Tapi aku bukan di bagian itu. Sampai hampir tiga tahun kuliah, bisa dihitung pakai satu tangan aku sudah ikut kompetisi apa saja itupun karena diajak, obviously statusku ya hanya anggota. Kadang ada yang bertanya kenapa ga ikut ini itu tapi nyatanya aku ga excited pada saat mengerjakannya. Bukannya kalo ga excited, berarti minatnya emang ga kesana ya? Tapi yang jadi pertanyaannya adalah, aku ini emang ga minat kesana apa males? Kemungkinan yang berhimpit tipis, increamentnya mendekati nol. Kalo udah gitu, apakah pencapaian indeks prestasi sejauh ini harga mati doang? Aku sih ga setuju.

Dulu saat masih tahun pertama senior ga berhenti berhentinya mencekoki dengan kehidupan perkuliahan, include sama perencanaan selama perkuliahan dan paham sama minat dan bakat kita sendiri. Sejauh ini pun aku ga dibilang mahasiswa yang kuliah langsung pulang, senin sampai jumat aku berangkat ke kampus paling lambat jam 10 pagi tapi lebih banyak jam 7 dan pulang minimal jam 5 sore tapi lebih banyak jam 6 sore. Di kampus pun jarang banget duduk di kantin, kalo diliat udah kayak anak pinter gitu tiap hari kalo jam kosong mainnya di lab "anak lab" haha. Ditambah lagi adanya waktu rapat malam yang sekali seminggu udah minimal banget, dan kalo rapat bisa bikin aku melek sampai jam 1 pagi. Kalo dilihat sekilas, aku bukan orang yang punya waktu kosong yang banyak sebenernya. Tapi entah kenapa, sampai sekarang belum berasa ngapa-ngapain aja selama ini.

Sejauh keraguan yang terlintas, ada beberapa hal yang aku yakini bisa aku pijak sejauh ini. Aku adalah orang yang suka belajar. Di kelas aku juga bukan orang yang suka tidur kalo dosen sedang menjelaskan, aku bukan yang pasif ketika waktunya bertanya atau ditanya, aku juga ga pernah jadi anggota yang gabut saat pengerjaan tugas kelompok, aku bukan orang yang mager ke kampus, aku bukan orang yang asal asalan kalo ngerjain tugas persentasi, aku bukan orang nyantai ikut kuis padahal ga belajar, dan aku bukan tipikal deadliner.

Kalo dibilang aku belum menentukan pijakan yang tepat, iya belum. Kalo udah mungkin aku ga akan bangun siang kalo weekends, mungkin aku ga akan nonton film sampai jam 2 pagi, mungkin aku ga akan seneng kalo dosen bilang hari ini kelas dibatalkan, mungkin aku lebih memilih ngesubscribed channel youtube "nasa" dibanding channel "ini talkshow" (yakali...)

Semoga kamu, aku, dan kita bisa menemukan jati diri positif kita masing-masing. Aku percaya setiap orang terlahir menjadi sesuatu dan setiap orang punya bagian yang bisa dibanggakan. Tergantung bagaimana cara memandang dan bagaimana cara mensyukurinya. Satu lagi, jangan lupa belajar!

"Jika Kamu tidak dapat menahan lelahnya belajar, maka kamu harus sanggup menahan perihnya Kebodohan." - Imam Syafi'i




Balikpapan, 26 Februari 2017
Selamat menemukan jati diri, Pew! 

Komentar

Popular Posts

Asisten Praktikum : Bertransformasi

Indonesia sudah Menyediakan Kebebasan Berpendapat, Budaya Diskusi itu Penting!

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)