tiga tahun jadi mahasiswa, belajar jadi bermanfaat (tulisan random)

Hari ini akhirnya secara tidak resmi mengakhiri semester enam, mengakhiri juga tahun ketiga perkuliahan. Dibilang lega sih iya, karena ujian akhirnya udah selesai. Tapi ga seneng juga sih, entah kenapa semakin mendekati waktu untuk mengakhiri masa kuliah, aku semakin khawatir dengan masa depan. Tiba-tiba kepikiran aja buat nulis hal-hal random selama jadi mahasiswa.

***
Kuliah merupakan tujuan satu satunya yang aku punya ketika kelas tiga SMA, dengan jurusan apapun terserahlah yang penting kuliah. Dulu punya mimpi kuliah di Jogja atau Surabaya. Alhamdulillah kesampaian di salah satunya, meskipun statusnya mahasiswa "titipan" (kalo ga paham bisa cek: ). Tapi aku ga peduli sih, yang penting sekarang aku udah disini dan aku suka disini. Dulu mikirnya gitu. Dan sama sekali ga memikirkan gimana kalau nanti suatu saat aku harus pergi dan aku belum siap. Ternyata bener, udah harus pergi.
Ada banyak hal yang bisa membuat aku akhirnya sangat berat, dan ga berbesar hati menerima hal yang sudah seharusnya akan aku alami cepat atau lambat. Tapi ternyata lebih cepat dari dugaan. Mulai dari cita-cita, teman-teman, lingkungan, semuanya terlalu pas menurutku.  Awal-awal pindah, banyak sedihnya banyak galaunya. Ya namanya juga belum siap. Hasilnya adalah aku selalu punya banyak pembanding antara disini dan disana. Sampai akhirnya aku punya kesimpulan bahwa disini aku ga bisa berkembang.
Sebenarnya aku punya beberapa pengalaman yang aku sangat syukuri aku sempat punya pengalaman sehebat ini. Disana ada sebuah proses yang aku ikuti sebagai seorang mahasiswa baru, namanya Radiasi (ada kepanjangan, tapi lupa). Proses ini ga akan aku pernah lupain, dan aku bener-bener berterima kasih kepada mas-mas dan mbak-mbak F31 sampai F28 (sebutan untuk angkatan disana) yang udah ngasih banyak banget pelajaran. Mungkin menurut sebagian orang sebenernya biasa aja dan ga penting-penting banget. Tapi aku sadar banget sih, gimana dulunya aku pas baru lulus SMA yang bener-bener produk fresh banget dari Kalimantan yang katanya mereka anak Kalimantan itu punya karakter a sampai z yang banyak kurangnya dibanding anak anak sana (tapi emang bener sih). Dan aku ngerasain itu, pas akhirnya secara langsung aku bisa hidup bareng mereka. At least, menurutku ya aku memang berubah setelah kenal mereka dan setelah aku melewati proses itu.
Salah satu hal yang paling "ngena" didiriku adalah tentang loyalitas. Di Radiasi aku dikenalin sama satu hal itu, satu hal yang bisa menunjang kebermanfaatan kita sama sekitar. Dulu hal yang paling males aku lakuin ketika punya lingkungan baru adalah kenalan sama orang baru, nyesuaikan diri sama karakter mereka, serius aku males, dan aku bisa ngerubah itu disana. Dulu hal yang paling jadi prioritas dalam hidupku adalah aku, bantuin orang itu ya kalo emang lagi bener bener luang aja kalo emang bakalan nyusahin ya mending gausa, tapi disana aku belajar di ruang yang lebih besar. Engga hanya bantu pribadi satu sama lain, tapi bantu angkatan. Menjalani banyak hal yang harus bareng bareng, gaada yang boleh maju duluan dan gaada yang boleh ketinggalan. Pelajaran yang serunya bukan main, menurutku.
Dari proses itu aku dapet banyak temen, mereka semua seru mereka semua asik. Bahkan lebih seru dibanding temen-temen yang berangkat bersama aku kesana, temen satu background lah istilahnya. Menurutku, aku punya hubungan pertemanan yang bener bener ada ga cuma pas seneng aja, dan berteman dengan mereka membantu aku berkembang, aku merasa jadi pribadi yang lebih baik aja. Makasih ya, Rek!


Sampai akhirnya aku harus meninggalkan semua yang sudah aku bangun selama satu tahun disana. Menyesuaikan diri lagi, merubah perencanaan lagi. Sampai akhirnya tahun ke dua perkuliahan berjalan dengan perencanaan yang belum tersusun dengan rapi dan membawa mindset "tempat ini ga bisa membuat aku berkembang".
Katanya, ilmu yang bermanfaat adalah ilmu yang bisa kita implementasikan untuk sekitar. Aku yang katanya udah dapat ilmu setelah setahun disana tapi begitu sampai disini justru kalah dengan keadaan. Ilmu yang aku dapat akhirnya cuma sampai di aku aja, bener bener tidak berfaedah. Walaupun saat itu aku paham betul dengan teori yang katanya, orang yang hebat tidak lahir dari kenyamanan mereka. Mungkin karena itu aku dikembalikan lagi ke area ketidaknyamananku. Tapi aku tetep dengan stuck tidak melakukan apapun. Selain kuliah, main ke McD kalo weekend, dan ke bioskop abis kuliah kalo ada film bagus. Tapi setidaknya disini jadi titik balik akademikku yang sempet terbengkalai sewaktu disana. Itu lah tahun ke dua ku.
Sampai di akhir perkuliahan aku sadar, aku ga banyak memberikan manfaat untuk sekitar. Meningkatkan kemampuan pribadi tapi tidak dibarengi dengan kontribusi ke sekitar. Selalu berpikir coba ga pindah itu sama sekali tidak memberikan kemajuan apa apa. Aku malu sama diriku sendiri. Aku yang katanya mau ambil ilmu sebanyak banyaknya disana dan mau dibawa kesini, ternyata nihil. Mana katanya loyalitas yang kamu dapat sewaktu disana? Akhirnya pikiranku teracuni.


Setelah memikirkan begitu banyak pertimbangan. Aku memilih start up. Optimis, ga ada yang terlambat selagi kita mau segera memulainya. Aku sadar, aku ini sedang menuntut ilmu kenapa ga mencari sebanyak banyaknya selagi bisa? Aku sadar, aku ini manusia dan punya tanggung jawab untuk memberi manfaat buat sekitar, kenapa ga dimaksimalkan selagi sanggup? Aku sadar, tempat ini ga bisa memberikan banyak hal sesuai dengan yang aku inginkan, makanya aku yang harus memberikan sesuatu ke tempat ini. Aku percaya, baik itu memberikan atau diberikan pasti kita akan tetap berkembang jadi lebih baik.
Aku rindu dengan loyalitas mereka yang disana, dan aku ga melihat itu disini. Tapi ternyata pandanganku itu dimulai dari aku sendiri yang ga berbesar hati untuk tetap dengan itu disini, di keadaan yang berbeda. Berarti sebenernya aku juga belum loyal ya haha. Lagi lagi kalah dengan keadaan. Padahal keikhlasan kita mungkin memang sedang diuji.
Katanya, kalau kita ga suka dengan lingkungan kita ya berarti cara terbaik yang bisa lakukan adalah merubah lingkungan itu menjadi lebih baik menurut versi kita. Kalau udah ga bener tapi didiemin, ya ga akan merubah apapun. Ketidaksukaan itu memang ga boleh dituruti, tapi harus dilawan. Ketidaknyaman memang ga boleh dibiarin ngalir aja, tapi harus ditantang. 
Terima kasih pengalaman, udah ngajarin apa artinya bermanfaat. Mungkin memang sekarang aku belum bermanfaat bermanfaat banget juga. Tapi seengganya aku udah sadar dan mencoba bergerak. Kalau kita udah sadar sama hal itu, pasti semuanya akan bergerak mengikuti keinginan yang kita mau. Semesta pasti mendukung haha.

***

Realita yang aku harus hadapi itu disini, bukan disana. Teman-teman yang akan bikin aku jadi lebih baik atau engga itu ya yang disini, bukan disana. Semua yang harus aku bangun adalah yang disini, bukan disana.

 ***

Semangat menjalani kehidupan, tetap bermanfaat buat sekitar. Lumayan tabungan buat kehidupan yang kekal di masa depan. Kalo kita ngerasa belum bermanfaat, berarti bagus kita udah punya kepekaan sama hal itu dan secara langsung ataupun engga kita akan bergerak karena kita ga mau terus terusan ga bermanfaat. Kalo kita ga ngerasa apapun, nah itu yang perlu dipertanyakan. Udah punya hati, sayang kalo ga dipake(;


Balikpapan, 8 Juni 2017 10:30 PM

Komentar

Popular Posts

Asisten Praktikum : Bertransformasi

Indonesia sudah Menyediakan Kebebasan Berpendapat, Budaya Diskusi itu Penting!

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)