Bicara soal muslim Indonesia

Tulisan ini bukan bermaksud untuk menambah mengerikannya kondisi Indonesia pasca vonis dua tahun gara-gara penistaan agama ataupun dijadikan alat untuk menjunjung satu golongan dan menyudutkan golongan lain. Ini hanyalah pikiran-pikiranku pribadi yang lagi terbawa sama suasana mengerikannya Indonesia (menurutku sih) dan kayaknya sayang aja kalo ga dibuat dalam tulisan. Lumayan buat dikenang nanti, dan siapa tau bermanfaat bagi yang membacanya.

***

Saat ini, bicara soal agama sudah menjadi hal yang sangat sensitif. Baik itu bicara kepada yang sesama keyakinan, apalagi yang udah beda keyakinan. Gara-gara kasus yang saat ini lagi kental banget di Indonesia, akhirnya banyak orang sadar bahwa memahami keyakinan yang berbeda ternyata tidak semudah mimpi Indonesia ya, Bhineka Tunggal Ika. Mimpi, sebutan yang agaknya cocok untuk kondisi sekarang, bukan semboyan lagi.

Lakum dinukum wa liyadin
Untukmu agamamu, dan untukku agamaku
(Al-Kafirun : 6)

Kenapa sih islam perlu dibela? Kenapa Allah perlu dibela, padahal Allah itu maha Segala-galanya? Allah maha Tau, berarti Allah tau semua ini akan dan sedang terjadi dan apa akhir penyelesaiannya, Allah tau mana yang akan diberinkan pahala mana yang akan diberikan sanksi, lantas kenapa kita melakukan sesuatu yang belum jelas keberpihakkan kita itu bener apa salah? Padahal, kalo kita yakin sama apa yang kita yakini, yaudah selesai kan. Selama permasalahan itu ga ngefek sama keyakinan kita berarti ga masalah kan? Bukannya Allah menganjurkan hambanya untuk sabar? Bukannya Allah menjanjikan akan kemenangan bagi yang meyakini Allah dan Rasul-Nya sampai hari akhir?
“Bukanlah menghadapkan wajahmu ke arah timur dan barat itu suatu kebajikan, akan tetapi Sesungguhnya kebajikan itu ialah beriman kepada Allah, hari Kemudian, malaikat-malaikat, kitab-kitab, nabi-nabi dan memberikan harta yang dicintainya kepada kerabatnya, anak-anak yatim, orang-orang miskin, musafir (yang memerlukan pertolongan) dan orang-orang yang meminta-minta; dan (memerdekakan) hamba sahaya, mendirikan shalat, dan menunaikan zakat; dan orang-orang yang menepati janjinya apabila ia berjanji, dan orang-orang yang sabar dalam kesempitan, penderitaan dan dalam peperangan. mereka Itulah orang-orang yang benar (imannya); dan mereka Itulah orang-orang yang bertakwa”.

Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/nurazizahsj/janji-allah-terhadap-orang-yang-sabar_57105530ff22bda010831381
Dulu, aku sempet punya pikiran yang entah aku sendiri heran kenapa bisa mikir kayak gitu. Waktu lagi rame-ramenya sekumpulan orang yang mengaku sebagai garda terdepan pembela islam, yang paling marah saat ulama-ulama dilecehkan. Ditambah lagi sekumpulan orang yang sama (mungkin bertambah lebih banyak) mengaku sebagai garda terdepan pembela islam, yang paling marah saat islam dinistakan, saat 5:51 jadi sasaran. Saat orang non muslim udah berani angkat suara terhadap agama yang sama sekali bukan keyakinannya, dia ga paham. Kenapa kok muslim harus marah sampai segitunya? Mulai dari pembelaan di segala sosial media sampai turun ke jalan. Katanya sampai merusak fasilitas umum, katanya sampai mengganggu akses jalan ibu kota, katanya sampai bikin ricuh. Jujur aku ga habis fikir. 
Pembelaan terhadap apa yang kita yakini, apalagi soal agama, urusannya udah sama Allah emang perlu. Apalagi ternyata jika kita sebagai muslim tidak melakukannya berarti kita sudah berkontribusi dalam mengurangi satu lagi shaf jamaah yang solat di Masjid, jelas salah banget. Tapi kelihatannya malah aku ga ngerasa islamku dibela kalo begini caranya. Rasulullah pun ga pernah nyontohin ummatnya buat bersikap tidak ihsan (re: baik). Islam itu punya cara yang arif dan santun untuk menghadapi siapapun, baik kawan maupun lawan. Melihat cara dua golongan saling bela membela apa yang mereka bisa bela, mau pake data mau pake modal nyablak aja yang penting seneng. I dont care about them, I care about you, about us, about muslims, about my families.
Aku disini ga akan ngebahas masalah sikap non muslim seperti apa untuk menyikapi ini. Dari sekian banyak hal-hal kelihatannya sekarang udah semu yang bisa dijadikan landasan berpikir, aku percaya Indonesia menjunjung tinggi hak asasi manusia, termasuk di dalamnya kebebasan menyampaikan pendapat, kebebasan memilih agama sesuai dengan kepercayaan masing-masing, dan kebebasan untuk memilih ingin berpihak ke siapa. Ya itu hak kalian, setiap pribadi ga boleh ngelewatin hak pribadi lain. Saking bebasnya sampai jadi kayak gini haha. Tapi, yang aku sendiri sebagai muslim kecewa adalah bagaimana cara saudaraku - muslim - menyebut sikap mereka itu sebagai pembelaan. Itu ga akan bikin mereka yang ga sadar jadi sadar. Itu ga akan bikin perdamaian ada. Itu bukan islam, itu bukan rahmatan lil 'alamin.
Masih masalah pembelaan. Islam itu elegant dan smart, bukan tong kosong gaada bunyinya. Indonesia, mau suku apapun agama apapun, mayoritas ga paham bagaimana cara berfikir yang baik. Termasuk muslim. Kalo ngelihat twitter atau sosial media manapun yang udah ngebahas masalah agama agamaan, gausah jauh jauh agama, masalah apapun lah, penyampaiannya ga bener semua. Ga pake data. Mau ngebela tapi gatau masalah sebenernya apa, mau bela agama tapi gatau dasarnya dari dasar hukum yang mana, hadist yang mana, al Quran surah yang mana, perintah Allah yang mana. Jadi sebenernya mau bela siapa sih? Bingung juga.

Kesimpulan dari tulisan ini sebenernya, aku punya mimpi semoga orang Indonesia bisa lebih handal dan cerdas buat mengatasi masalah apapun. Terlebih lagi buat muslim, kalo ga tau ya belajar lagi cari tau dulu, banyakin ibadah lagi supaya kita jadi lebih paham sebenernya kita baiknya melakukan apa. Kalo kita belum bisa lakukan hal terbesar, yaitu ngerubah Indonesia ya minimal ngerubah mayoritas masyarakat Indonesia, yaitu muslim ya kalo masi rasanya susah minimal ngerubah diri sendiri dan mendoakan sekitar. Menjadi pribadi yang ga terpaku sama satu sudut pandang. Jadi muslim yang modern, tetep punya kontribusi dalam membela keyakinan tapi tidak berkontribusi dalam perpecahan. Ingat, kita hidup di Indonesia, negaranya ga homogen-homogen banget buat dengan gamblang mengatakan "orang kafir itu pasti masuk neraka". Kita juga punya kewajiban untuk memakmurkan tanah air kita, salah satunya dengan ga berkontribusi terhadap perpecahan di dalamnya.
Setiap orang pasti ingin mewujudkan ketaatannya masing-masing kepada Pencipta. Tetep berdakwah dengan cara yang cerdas dan keren. Tidak menjatuhkan satu kaum. Menyampaikan dengan cara yang baik, kayak Rasulullah. Musuh itu datang dan bertahan tergantung bagaimana kita menyikapinya. Musuh itu mindset. Jangan sampai islam adalah agama yang pemeluknya intoleran. Tetep jadi pribadi muslim yang taat, Allah punya janji untuk hambanya yang taat, ya kan?

Sesungguhnya laki-laki dan perempuan yang muslim, laki-laki dan perempuan yang mukmin, laki-laki dan perempuan yang tetap dalam ketaatannya, laki-laki dan perempuan yang benar, laki-laki dan perempuan yang sabar, laki-laki dan perempuan yang khusyu', laki-laki dan perempuan yang bersedekah, laki-laki dan perempuan yang berpuasa, laki-laki dan perempuan yang memelihara kehormatannya, laki-laki dan perempuan yang banyak menyebut (nama) Allah, Allah telah menyediakan untuk mereka ampunan dan pahala yang besar.
(Al Ahzab : 35) 

Dari semua kejadian sampai sekarang, ya ga banyak sih hal pribadi yang bisa aku lakukan, sebagai muslim utamanya. Sejauh ini kebanyakan nyimaknya aja, buka youtube baca coment sectionnya orang orang habis itu mikir sendiri doang. Pada dasarnya di jaman sekarang ini, kita sebagai muslim kayaknya harus belajar lagi artinya bela islam itu apa, jihad fii sabilillah kayak Rasulullah sama sahabat-sahabat itu sebenernya gimana. Jadi, kalo gamau ketinggalan, belajar terus yaa!
 
Dia (Dzulkarnain) berkata: “(Dinding) ini adalah rahmat dari Tuhanku, maka apabila sudah datang janji Tuhanku, Dia akan menjadikannya hancur luluh; dan janji Tuhanku itu adalah benar”
(Al Kahf : 98) 

Anw, selamat menjaring berkah di bulan Ramadhan!

Bontang, 29 Mei 2017
3 Ramadhan 1438 H

Komentar

Popular Posts

Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)

Asisten Praktikum : Bertransformasi

EXERGY: WORK POTENTIAL OF ENERGY (TERMODINAMIKA)