Aplikasi Penerapan Hukum Joule dalam Kalorimeter (Tugas Akhir Praktikum Fisika Dasar II)
L1
PRIMARY REPORT
KALORIMETER SEBAGAI ALAT PENGUKUR PANAS YANG
DITIMBULKAN OLEH ARUS LISTRIK (L1)
SETIYONO
DIAN ROSYIDA FADILLAH
ZANETA RERTNO WULANSARI
OKINAWA RIKENATA
TRI WAHONO
MUHAMMAD FAHMI
RIZQI AHMAD FAUZAN
RAHMAN RAFSANJANI
JAKARIA ASPAN LATIFAH
PUTRI WIDYA PANGESTIKA
ASSISTANT OF LABORATORIUM
ZUMROTUS SAADA ABAZ
S1 STUDY PROGRAM
DEPARTMENT OF PHYSICS
FACULTY OF MATHEMATICS AND SCIENCE
SEPULUH NOPEMBER INSTITUTE OF TECHNOLOGY
SURABAYA 2015
Abstract:
An
experiment about the use of a
calorimeter to determine the heat generated by electric current, proves the
existence of heat transfer inside the calorimeter, and determines the price of
one Joule has been conducted. The principle of this experiment is Joule’s Law.
The equipment used to perform this experiment are a set of calorimeter, one
ammeters and voltmeters, one shear resistance, a thermometer, a 12 V voltage
source, a stopwatch, a set of wires, as well as cold water and regular water.
To do this experiment, we should make the circuit adapted to the type (A or B).
Calorimeter mass is measured by analytical balance and filled with a number of
grams of cold water. A certain amount of the electric is flew through the
circuit. The Voltage and the time required for an increase of 1 áµ’C noted in the
table. The experiment is repeated three times with normal water variations.
Based on data obtained through the experiment, it can be concluded that the
average value of the heat generated by the electric current at the first
circuit is 220.5 Joule and at the second circuit is 189 Joule.The application
of Joule's Law has been proven in this trial although the A circuit has a
different value from the value that should be obtained when Joule's Law is
applied, and the average value of 1 Joule based on the first circuit of the
experiment is 0,407 calories and in the second cicuit is 0,289 calories.
Key Word : Calorimeter, Heat,
Joule's Law
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pada
dasarnya, rangkaian listrik adalah sarana untuk menghantarkan energi dari satu
tempat ke tempat lain. Suatu partikel bermuatan bergerak di dalam sebuah
rangkaian, maka energy potensial listrik dipindahkan dari sebuah sumber ke alat
tempat energy tersebut disimpan atau dikonversi ke dalam bentuk energi lain.
Dari sudut pandang teknologi rangkaian listrik berguna karena memungkinkan
energy untuk dipindahkan tanpa ada bagian-bagian yang bergerak selain partikel
yang bermuatan itu. Rangkaian listrik menjadi jantung bagi alat-alat elektronik
seperti televise ataupun system distribusi dari rumah tangga dan industry.
Panas
adalah energy yang ditransfer dari suatu benda ke benda lain karena beda
temperature. Terkadang sesuatu yang dialiri akan menimbulkan panas. Oleh karena
itu akan dilakukan percobaan menentukan panas yang dihasilkan oleh calorimeter
karena arus listrik karena semua alat yang menggunakan listrik pasti
menghasilkan panas sehingga ada kapasitas panas dari alat tersebut.
1.2 Permasalahan
Permasalahan yang dihadapi dalam percobaan ini
adalah berapa panas yang ditimbulkan oleh arus listrik, bagaimana membuktikan
transfer panas di dalam calorimeter, dan berapa
harga 1 Joule.
1.3 Tujuan
Tujuan dilakukannya percobaan ini adalah untuk
menentukan panas yang ditimbulkan oleh arus listrik, membuktikan transfer panas
di dalam calorimeter, dan menentukan
harga 1 Joule.
BAB II
DASAR TEORI
2.1 Muatan Listrik
Pada suatu eksperimen sederhana,
seperti menggosok-gosokkan plastik mika ke rambut secara berulang kali dan
kemudian kita dekatkan ke bola bola kertas kecil, maka kita akan melihat bahwa
bola bola kertas kecil tersebut tertarik oleh mika. Benda benda yang mengalami
kejadian tersebut dikatakan telah dimuati oleh muatan listrik. Menurut Benjamin
Franklin (1706-1790), muatan dibagi menjadi dua, yaitu muatan positif dan
muatan negatif. Muatan positif disebut juga proton, dan muatan negatif disebut
juga elektron. (Serway, Jewett, 2004,707)
Aspek penting lainnya adalah muatan listrik
selalu dikonservasi dalam suatu sistem yang terisolasi. Ketika terdapat dua
benda saling digosokkan satu sama lain, muatan tidak terbentuk melalui proses
tersebut. Namun yang terjadi adalah adanya transfer muatan dari masing-masing
benda yang digosokkan satu sama lain. Benda satu memperoleh beberapa jumlah
muatan positif ketika benda kedua memperoleh beberapa jumlah muatan negatif.
Dari pernyataan pernyataan diatas, kita dapat menarik kesimpulan bahwa muatan
terdiri dari muatan positif dan negatif, muatan dikonservasi dalam sistem
terisolasi, dan besaran muatan dapat diukur.
(Serway, Jewett, 2004, 708-709)
2.2 Arus Listrik
Konduktor adalah
sebuah material yang memiliki muatan bebas yang akan bergerak ketika terdapat
suatu gaya yang masuk karena medan listrik. Muatan bebas dalam konduktor logam
adalah elektron negatif, sedangkan dalam suatu larutan elektrolit muatan
bebasnya adalah ion positif dan negatif. Pada suatu konduktor terisolasi,
apabila ditempatkan pada medan listrik muatan yang terdapat dalam konduktor
akan bergerak sedemikian rupa sehingga interior konduktor akan menjadi bebas
muatan. Pergerakan muatan inilah disebut dengan arus transien. (Sears, Zemansky, 1964, 438)
Ketika
ada sebuah medan listrik dalam suatu konduktor, muatan muatan bebas di dalamnya
bergerak. Muatan positif bergerak searah dengan arah medan listrik, sedangkan
muatan negatif bergerak berlawanan arah.
(Sears, Zemansky, 1964, 438-439)
Dari pengertian
diatas, dapat didefinisikan bahwa arus adalah aliran muatan listrik.
(Sears,
Zemansky, 1960, 440-441)
2.3 Panas
Ketika kita meletakkan panci
berisi air dingin diatas kompor dengan api yang menyala, maka untuk beberapa
saat kemudian kita akan menjumpai bahwa panci menjadi terasa panas dan air
mendidih. Peristiwa ini dikarenakan adanya aliran energi dari api yang memiliki
suhu tinggi ke air yang memiliki suhu rendah. Ketika kita memanaskan suatu
benda, kita telah mentransferkan sejumlah energi dengan cara menempatkan benda
tersebut secara bersentuhan dengan benda lain yang temperaturnya lebih tinggi.
Sehingga dari pernyataan diatas, panas didefinisikan sebagai aliran atau
transfer energi melewati perbatasan suatu sistem karena adanya perbedaan
temperatur antara sistem dengan lingkungan sekitarnya. (Serway, Jewett, 2004,
605)
Energi juga dapat ditransfer antara sistem dengan
lingkungan sebagai usaha melalui gaya yang bekerja pada sistem. Sebelum
para ilmuwan menyadari bahwa panas adalah energi yang ditransferkan, panas
diukur dalam hal kemampuan untuk menaikkan suhu air sebesar 1 derajat celcius.
Namun pada tahun 1948, panas didefinisikan sebagai energi yang ditransfer dan
diberi satuan Joule. Sedangkan kalori didefinisikan sebagai 4,1868 J tanpa
mengacu pada pemanasan air. Sehingga diperoleh hubungan bahwa besar nilai 1
kalori setara dengan 4,1868 J. (Halliday, Resnick, 2010, 521-522)
2.5 Kalorimetri dan Perubahan Fasa
Fasa digunakan untuk
mendeskripsikan keadaan tertentu dari suatu bahan. Transisi dari satu fasa ke fasa
lainnya disebut perubahan fasa. Sedangkan kalorimetri merupakan pengukuran panas. Prinsip dari
kalorimetri adalah ketika aliran panas terjadi antara dua benda yang terisolasi
dari lingkungannya, jumlah panas yang hilang dari satu benda harus setara dengan
jumlah yang diperoleh benda lainnya. (Sears, Zemansky, 2002, 470)
Alat yang digunakan untuk
mengukur panas yaitu kalorimeter. Kalorimeter harus bersifat terisolasi agar
tidak ada panas yang keluar dari sistem ke lingkungan. Satu kegunaan penting
dari kalorimeter adalah penentuan panas spesifik dari suatu substansi. Sebagai
contohnya adalah pengukuran panas dari dua substansi yang dicampurkan.
(Giancoli, 2008, 501)
2.6 Kerja dalam Termodinamika
Hubungan
antar energi dalam proses termodinamika digambarkan dengan kuantitas panas Q
yang ditambahkan ke sistem dengan kerja W yang dilakukan oleh sistem tersebut.
Nilai Q positif apabila sistem menyerap kalor sedangkan nilai W positif
melambangkan kerja yang dilakukan oleh sistem terhadap lingkungannya. (Sears,
Zemansky, 2002, 529-531)
Apabila
dalam suatu proses volumenya adalah konstan, maka sistem tidak melakukan kerja
karena tidak mengalami perpindahan. Dalam sistem yang melakukan kerja, terdapat
energi dalam atau disimbolkan dengan . Selama terjadi
perubahan keadaan dalam suatu sistem, energi dalam dapat berubah. Apabila kita
tambahkan sejumlah panas Q ke sistem dan sistem tidak menghasilkan kerja selama
proses, energi dalam meningkat setara dengan jumlah Q.
(Sears,
Zemansky, 2002, 534)
Namun
apabila sebuah sistem melakukan kerja dengan berekspansi terhadap lingkungannya
dan tidak ada panas yang ditambahkan selama proses, energi meninggalkan sistem
dan energi dalam berkurang.
(Sears, Zemansky, 2002, 534)
Perubahan
energi dalam suatu sistem selama proses termodinamik apapun bergantung hanya
pada keadaan awal dan akhir, tidak pada lintasan yang menghubungkan kedua keadaan.
(Sears, Zemansky, 2002, 534-536)
2.8 Kalorimeter
Kalorimeter adalah alat yang digunakan untuk
menentukan besarnya kapasitas panas suatu zat. Ada beberapa jenis kalorimeter,
yaitu contohnya adalah kalorimeter air berdinding ganda dan kalorimeter arus
kontinyu. (Dosen-dosen Fisika, 2013, 184)
2.8.1
Kalorimeter Air Berdinding Ganda
Terdiri atas bejana logam
berdinding tipis A yang permukaan luarnya diberi lapisan nikel untuk mengurangi
kehilangan panas karena radiasi. Bejana ini berisi air yang diketahui jumlahnya
dan mempunyai tutup yang berlubang yang digunakan sebagai tempat untuk
memasukkan termometer B dan pengaduk C. Panas yang hilang dapat dikurangi lagi
dengan memasukkan pada bejana yang lain D yang terbuat dari penyekat panas
lain. Kenaikan temperatur dari panas Q yang diberikan dapat diamati dari
termometer.
(Dosen-dosen
Fisika, 2013, 184)
2.8.2 Kalorimeter Arus Kontinyu
Digunakan untuk mengukur panas
jenis pada suhu sembarang dan juga mengukur tahanan panas mekanik. Arus air
kontinyu masuk ke dalam kalorimeter melewati A, kemudian mengalir melewati pipa
B yang mengelilingi kawat tahanan C dan mengalir keluar lewat pipa D.
Termometer digunakan untuk mengukur temperatur air yang
mengalir melalui pipa A dan D. (Dosen-dosen
Fisika, 2013, 185)
BAB III
METODOLOGI
PERCOBAAN
1.1 Alat
dan Bahan
Pada
percobaan ini dibutuhkan beberapa alat dan bahan, diantaranya satu set
calorimeter dengan perlengkapannya, sebuah ampermeter dan voltmeter, sebuah
tahanan geser (Rg), sebuah thermometer, sebuah timbangan, sebuah statip, sebuah
sumber tegangan 12 V, sebuah stopwatch, satu set kabel, serta air dingin dan
air biasa.
1.3 Metodologi
Percobaan
1.3.1
Rangkaian
A
Rangkaian
disusun seperti pada gambar 3.1. Kalorimeter diukur massanya dengan menggunakan
neraca analitis, kemudian diisi dengan air dingin hingga menunjukkan massa 175
gram. Arus diatur sebesar 0.5 Ampere dan diusahakan agar besarnya konstan
dengan tegangan geser diatur. Dicatat tegangan dan waktu yang terukur setiap
kenaikan 1 derajat. Percobaan tersebut diulangi untuk tiga kali pengulangan dan
variasi menggunakan air biasa.
1.3.2
Rangkaian
B
Rangkaian
disusun seperti pada gambar 3.2. Kalorimeter diukur massanya dengan menggunakan
neraca analitis, kemudian diisi dengan air dingin hingga menunjukkan massa 150
gram. Arus diatur sebesar 1.8 Ampere dan diusahakan agar besarnya konstan
dengan tegangan geser diatur. Dicatat tegangan dan waktu yang terukur setiap
kenaikan 1 derajat. Percobaan tersebut diulangi untuk tiga kali pengulangan dan
variasi menggunakan air biasa.
BAB IV
ANALISA DATA DAN
PEMBAHASAN
4.1 Analisa Data
Setelah melakukan percobaan
Kalorimeter sebagai alat pengukur panas yang ditimbulkan oleh arus listrik
didapatkan data waktu (t) untuk kenaikan
suhu sebersar 1°C dengan menggunakan variasi dua jenis rangkaian alat,
yaitu rangkaian A dan rangkaian B, serta variasi jenis air yng digunakan air
biasa dan air es. Pada masing-masing variasi dilakukan pengulangan sebanyak
tiga kali. Data yang didapatkan disertakan pada tabel berikut ini
Tabel 4.1 Data kenaikan 1 °C air biasa
175 g Rangkaian A P1
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
29
|
30
|
63,81
|
9,2
|
0,5
|
2
|
30
|
31
|
134,26
|
9,2
|
0,5
|
3
|
31
|
32
|
131,38
|
9,2
|
0,5
|
4
|
32
|
33
|
135,13
|
9,2
|
0,5
|
5
|
33
|
34
|
136,71
|
9,2
|
0,5
|
Tabel 4.2 Data kenaikan 1 °C air biasa
175 g Rangkaian A P2
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
29
|
30
|
74,82
|
9,2
|
0,5
|
2
|
30
|
31
|
123,39
|
9,2
|
0,5
|
3
|
31
|
32
|
124,58
|
9,2
|
0,5
|
4
|
32
|
33
|
131,2
|
9,2
|
0,5
|
5
|
33
|
34
|
138,54
|
9,2
|
0,5
|
Tabel 4.3 Data kenaikan 1 °C air biasa
175 g Rangkaian A P3
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
29
|
30
|
77,69
|
9,2
|
0,5
|
2
|
30
|
31
|
132,28
|
9,2
|
0,5
|
3
|
31
|
32
|
138,54
|
9,2
|
0,5
|
4
|
32
|
33
|
142,67
|
9,2
|
0,5
|
5
|
33
|
34
|
139,02
|
9,2
|
0,5
|
Tabel 4.4 Data kenaikan 1 °C air es 175
g Rangkaian A P1
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
19
|
20
|
116,27
|
9,2
|
0,5
|
2
|
20
|
21
|
123,56
|
9,2
|
0,5
|
3
|
21
|
22
|
119,12
|
9,2
|
0,5
|
4
|
22
|
23
|
119,16
|
9,2
|
0,5
|
5
|
23
|
24
|
124,3
|
9,2
|
0,5
|
Tabel 4.5 Data kenaikan 1 °C air es 175
g Rangkaian A P2
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
19
|
20
|
124,21
|
9,2
|
0,5
|
2
|
20
|
21
|
120,69
|
9,2
|
0,5
|
3
|
21
|
22
|
124,36
|
9,2
|
0,5
|
4
|
22
|
23
|
123,42
|
9,2
|
0,5
|
5
|
23
|
24
|
118,5
|
9,2
|
0,5
|
Tabel 4.6 Data kenaikan 1 °C air es 175
g Rangkaian A P3
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
19
|
20
|
117,54
|
9,2
|
0,5
|
2
|
20
|
21
|
123,08
|
9,2
|
0,5
|
3
|
21
|
22
|
127,22
|
9,2
|
0,5
|
4
|
22
|
23
|
123,72
|
9,2
|
0,5
|
5
|
23
|
24
|
123,04
|
9,2
|
0,5
|
Tabel 4.7 Data kenaikan 1 °C air biasa
150 g Rangkaian B P1
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
29
|
30
|
38
|
9,5
|
1,8
|
2
|
30
|
31
|
41
|
9,5
|
1,8
|
3
|
31
|
32
|
37
|
9,5
|
1,8
|
4
|
32
|
33
|
41
|
9,5
|
1,8
|
5
|
33
|
34
|
42
|
9,5
|
1,8
|
Tabel 4.8 Data kenaikan 1 °C air biasa
150 g Rangkaian B P2
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
29
|
30
|
29
|
9,5
|
1,8
|
2
|
30
|
31
|
29
|
9,5
|
1,8
|
3
|
31
|
32
|
53
|
9,5
|
1,8
|
4
|
32
|
33
|
40
|
9,5
|
1,8
|
5
|
33
|
34
|
32
|
9,5
|
1,8
|
Tabel 4.9 Data kenaikan 1 °C air biasa
150 g Rangkaian B P3
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
29
|
30
|
36
|
9,5
|
1,8
|
2
|
30
|
31
|
31
|
9,5
|
1,8
|
3
|
31
|
32
|
36
|
9,5
|
1,8
|
4
|
32
|
33
|
60
|
9,5
|
1,8
|
5
|
33
|
34
|
39
|
9,5
|
1,8
|
Tabel 4.10 Data kenaikan 1 °C air ES 150
g Rangkaian B P1
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
20
|
21
|
57
|
9,5
|
1,8
|
2
|
21
|
22
|
38
|
9,5
|
1,8
|
3
|
22
|
23
|
36
|
9,5
|
1,8
|
4
|
23
|
24
|
48
|
9,5
|
1,8
|
5
|
24
|
25
|
32
|
9,5
|
1,8
|
Tabel 4.11 Data kenaikan 1 °C air ES 150
g Rangkaian B P2
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
20
|
21
|
55
|
9,5
|
1,8
|
2
|
21
|
22
|
29
|
9,5
|
1,8
|
3
|
22
|
23
|
55
|
9,5
|
1,8
|
4
|
23
|
24
|
37
|
9,5
|
1,8
|
5
|
24
|
25
|
50
|
9,5
|
1,8
|
Tabel 4.12 Data kenaikan 1 °C air ES 150
g Rangkaian B P3
|
|||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t (S)
|
V (V)
|
I (A)
|
1
|
20
|
21
|
35
|
9,5
|
1,8
|
2
|
21
|
22
|
28
|
9,5
|
1,8
|
3
|
22
|
23
|
54
|
9,5
|
1,8
|
4
|
23
|
24
|
38
|
9,5
|
1,8
|
5
|
24
|
25
|
29
|
9,5
|
1,8
|
4.2 Perhitungan
Dari data yang didapatkan maka
dapat dihitung nilai daripada panas yang dihasilkan pada sistem baik dengan
persamaan hukum Joule dan persamaan Asas Black. Selain itu harga untuk 1 joule
juga dapat diketahui dari percobaan ini. Berikut adalah cara menghitung nilai
panas yang ditimbulkan oleh arus listrik yang digunakan.
a. Cara
menghitung nilai H berdasarkan percobaan (persamaan Hukum Joule)
·
Diketahui : T1 =
29 °C
T2 =
30 °C
V =
9,2 V
I = 0,5 A
t = 131,38 s
·
Ditanya :
H
·
Dijawab :
H = V I t
H =
9,2 V x 0,5 a x 131,38 s
H =
604,348 Joule
b. Cara
menghitung nilai H berdasarkan persamaan asas Black
·
Diketahui : w =
175 gram
ΔT =
1 °C
0,26 w= 45,5
·
Ditanya :
H
·
Dijawab :
- Q1 = w ΔT
Q1 =
150 gram x 1°C
Q1 =
150 kalori
-
Q2 =
0,26 w ΔT
Q2 = 45,5 gram x 1°C
Q2 = 39 kalori
-
H =
Q1 + Q2
H = 175 + 45,5
H = 220,5 Kalori
c. Cara
menghitung harga 1 Joule
·
Diketahui : Q1 =
175 Kalori
Q2 =
45,5 Kalori
H =
604,348 Joule
·
Ditanya :
1 Joule = .... Kalori
·
Dijawab :
1 Joule = 0,365 Kalori
Maka dengan cara perhitunga yang
sama didapatkan nilai H berdasar percobaan, nilai H berdasar asas Black, dan
harga 1 Joule pada masing-masing percobaan sebagia berikut
Tabel 4. 13 Nilai H pada Air Biasa 175 gram Rangkaian A P1
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
29
|
30
|
63,81
|
9,2
|
0,5
|
293,526
|
2
|
30
|
31
|
134,26
|
9,2
|
0,5
|
617,596
|
3
|
31
|
32
|
131,38
|
9,2
|
0,5
|
604,348
|
4
|
32
|
33
|
135,13
|
9,2
|
0,5
|
621,598
|
5
|
33
|
34
|
136,71
|
9,2
|
0,5
|
628,866
|
Tabel 4.14 Nilai H pada Air Biasa 175 gram Rangkaian A P2
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
29
|
30
|
74,82
|
9,2
|
0,5
|
344,172
|
2
|
30
|
31
|
123,39
|
9,2
|
0,5
|
567,594
|
3
|
31
|
32
|
124,58
|
9,2
|
0,5
|
573,068
|
4
|
32
|
33
|
131,2
|
9,2
|
0,5
|
603,52
|
5
|
33
|
34
|
138,54
|
9,2
|
0,5
|
637,284
|
Tabel 4.15 Nilai H pada Air Biasa 175 gram Rangkaian A P3
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
29
|
30
|
77,69
|
9,2
|
0,5
|
357,374
|
2
|
30
|
31
|
132,28
|
9,2
|
0,5
|
608,488
|
3
|
31
|
32
|
138,54
|
9,2
|
0,5
|
637,284
|
4
|
32
|
33
|
142,67
|
9,2
|
0,5
|
656,282
|
5
|
33
|
34
|
139,02
|
9,2
|
0,5
|
639,492
|
Tabel 4.16 Nilai H pada Air Es 175 gram Rangkaian A P1
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
19
|
20
|
116,27
|
9,2
|
0,5
|
534,842
|
2
|
20
|
21
|
123,56
|
9,2
|
0,5
|
568,376
|
3
|
21
|
22
|
119,12
|
9,2
|
0,5
|
547,952
|
4
|
22
|
23
|
119,16
|
9,2
|
0,5
|
548,136
|
5
|
23
|
24
|
124,3
|
9,2
|
0,5
|
571,78
|
Tabel 4.17 Nilai H pada Air Es 175 gram Rangkaian A P2
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
19
|
20
|
124,21
|
9,2
|
0,5
|
571,366
|
2
|
20
|
21
|
120,69
|
9,2
|
0,5
|
555,174
|
3
|
21
|
22
|
124,36
|
9,2
|
0,5
|
572,056
|
4
|
22
|
23
|
123,42
|
9,2
|
0,5
|
567,732
|
5
|
23
|
24
|
118,5
|
9,2
|
0,5
|
545,1
|
Tabel 4.18 Nilai H pada Air Es 175 gram Rangkaian A P3
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
19
|
20
|
117,54
|
9,2
|
0,5
|
540,684
|
2
|
20
|
21
|
123,08
|
9,2
|
0,5
|
566,168
|
3
|
21
|
22
|
127,22
|
9,2
|
0,5
|
585,212
|
4
|
22
|
23
|
123,72
|
9,2
|
0,5
|
569,112
|
5
|
23
|
24
|
123,04
|
9,2
|
0,5
|
565,984
|
Tabel 4.19 Nilai H pada Air Biasa 150 gram Rangkaian B P1
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
29
|
30
|
38
|
9,5
|
1,8
|
649,8
|
2
|
30
|
31
|
41
|
9,5
|
1,8
|
701,1
|
3
|
31
|
32
|
37
|
9,5
|
1,8
|
632,7
|
4
|
32
|
33
|
41
|
9,5
|
1,8
|
701,1
|
5
|
33
|
34
|
42
|
9,5
|
1,8
|
718,2
|
Tabel 4.20 Nilai H pada Air Biasa 150 gram Rangkaian B P2
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
29
|
30
|
29
|
9,5
|
1,8
|
495,9
|
2
|
30
|
31
|
29
|
9,5
|
1,8
|
495,9
|
3
|
31
|
32
|
53
|
9,5
|
1,8
|
906,3
|
4
|
32
|
33
|
40
|
9,5
|
1,8
|
684
|
5
|
33
|
34
|
32
|
9,5
|
1,8
|
547,2
|
Tabel 4.21 Nilai H pada Air Biasa 150 gram Rangkaian B P3
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
29
|
30
|
36
|
9,5
|
1,8
|
615,6
|
2
|
30
|
31
|
31
|
9,5
|
1,8
|
530,1
|
3
|
31
|
32
|
36
|
9,5
|
1,8
|
615,6
|
4
|
32
|
33
|
60
|
9,5
|
1,8
|
1026
|
5
|
33
|
34
|
39
|
9,5
|
1,8
|
666,9
|
Tabel 4.22 Nilai H pada Air Es 150 gram Rangkaian B P1
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
20
|
21
|
57
|
9,5
|
1,8
|
974,7
|
2
|
21
|
22
|
38
|
9,5
|
1,8
|
649,8
|
3
|
22
|
23
|
36
|
9,5
|
1,8
|
615,6
|
4
|
23
|
24
|
48
|
9,5
|
1,8
|
820,8
|
5
|
24
|
25
|
32
|
9,5
|
1,8
|
547,2
|
Tabel 4.23 Nilai H pada Air Es 150 gram Rangkaian B P2
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
20
|
21
|
55
|
9,5
|
1,8
|
940,5
|
2
|
21
|
22
|
29
|
9,5
|
1,8
|
495,9
|
3
|
22
|
23
|
55
|
9,5
|
1,8
|
940,5
|
4
|
23
|
24
|
37
|
9,5
|
1,8
|
632,7
|
5
|
24
|
25
|
50
|
9,5
|
1,8
|
855
|
Tabel 4.24 Nilai H pada Air Es 150 gram Rangkaian B P3
|
||||||
No.
|
T1 (°C)
|
T2 (°C)
|
t(S)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1
|
20
|
21
|
35
|
9,5
|
1,8
|
598,5
|
2
|
21
|
22
|
28
|
9,5
|
1,8
|
478,8
|
3
|
22
|
23
|
54
|
9,5
|
1,8
|
923,4
|
4
|
23
|
24
|
38
|
9,5
|
1,8
|
649,8
|
5
|
24
|
25
|
29
|
9,5
|
1,8
|
495,9
|
Tabel 4.25 Nilai H= Q1 + Q2 pada
masing-masing rangkaian
|
|||||||
No
|
ket.
|
W (g)
|
0,26 w (g)
|
(T2-T1)
|
Q1
|
Q2
|
H (Kalori)
|
1
|
rangk A
|
175
|
45,5
|
1
|
175
|
45,5
|
220,5
|
2
|
rangk B
|
150
|
39
|
1
|
150
|
39
|
189
|
Tabel 4.26 Harga 1 Joule air biasa 150 gram Rangkaian B P1
|
|||||||
No.
|
Q1 (kal)
|
Q2 (kal)
|
t(s)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1 Joule (Kalori)
|
1
|
150
|
39
|
38
|
9,5
|
1,8
|
649,8
|
0,290859
|
2
|
150
|
39
|
41
|
9,5
|
1,8
|
701,1
|
0,269576
|
3
|
150
|
39
|
37
|
9,5
|
1,8
|
632,7
|
0,29872
|
4
|
150
|
39
|
41
|
9,5
|
1,8
|
701,1
|
0,269576
|
5
|
150
|
39
|
42
|
9,5
|
1,8
|
718,2
|
0,263158
|
Tabel 4.27 Harga 1 Joule air biasa 150 gram Rangkaian B P2
|
|||||||
No.
|
Q1 (kal)
|
Q2 (kal)
|
t(s)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1 Joule (Kalori)
|
1
|
150
|
39
|
29
|
9,5
|
1,8
|
495,9
|
0,381125
|
2
|
150
|
39
|
29
|
9,5
|
1,8
|
495,9
|
0,381125
|
3
|
150
|
39
|
53
|
9,5
|
1,8
|
906,3
|
0,20854
|
4
|
150
|
39
|
40
|
9,5
|
1,8
|
684
|
0,276316
|
5
|
150
|
39
|
32
|
9,5
|
1,8
|
547,2
|
0,345395
|
Tabel 4.28 Harga 1 Joule air biasa 150 gram Rangkaian B P3
|
|||||||
No.
|
Q1 (kal)
|
Q2 (kal)
|
t(s)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1 Joule (Kalori)
|
1
|
150
|
39
|
36
|
9,5
|
1,8
|
615,6
|
0,307018
|
2
|
150
|
39
|
31
|
9,5
|
1,8
|
530,1
|
0,356537
|
3
|
150
|
39
|
36
|
9,5
|
1,8
|
615,6
|
0,307018
|
4
|
150
|
39
|
60
|
9,5
|
1,8
|
1026
|
0,184211
|
5
|
150
|
39
|
39
|
9,5
|
1,8
|
666,9
|
0,283401
|
Tabel 4.29 Harga 1 Joule air es 150 gram Rangkaian B P1
|
|||||||
No.
|
Q1 (kal)
|
Q2 (kal)
|
t(s)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1 Joule (Kalori)
|
1
|
150
|
39
|
57
|
9,5
|
1,8
|
974,7
|
0,193906
|
2
|
150
|
39
|
38
|
9,5
|
1,8
|
649,8
|
0,290859
|
3
|
150
|
39
|
36
|
9,5
|
1,8
|
615,6
|
0,307018
|
4
|
150
|
39
|
48
|
9,5
|
1,8
|
820,8
|
0,230263
|
5
|
150
|
39
|
32
|
9,5
|
1,8
|
547,2
|
0,345395
|
Tabel 4.30 Harga 1 Joule air es 150 gram Rangkaian B P2
|
|||||||
No.
|
Q1 (kal)
|
Q2 (kal)
|
t(s)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1 Joule (Kalori)
|
1
|
150
|
39
|
55
|
9,5
|
1,8
|
940,5
|
0,200957
|
2
|
150
|
39
|
29
|
9,5
|
1,8
|
495,9
|
0,381125
|
3
|
150
|
39
|
55
|
9,5
|
1,8
|
940,5
|
0,200957
|
4
|
150
|
39
|
37
|
9,5
|
1,8
|
632,7
|
0,29872
|
5
|
150
|
39
|
50
|
9,5
|
1,8
|
855
|
0,221053
|
Tabel 4.31 Harga 1 Joule air es 150 gram Rangkaian B P3
|
|||||||
No.
|
Q1 (kal)
|
Q2 (kal)
|
t(s)
|
V (V)
|
I (A)
|
H (Joule)
|
1 Joule (Kalori)
|
1
|
150
|
39
|
35
|
9,5
|
1,8
|
598,5
|
0,315789
|
2
|
150
|
39
|
28
|
9,5
|
1,8
|
478,8
|
0,394737
|
3
|
150
|
39
|
54
|
9,5
|
1,8
|
923,4
|
0,204678
|
4
|
150
|
39
|
38
|
9,5
|
1,8
|
649,8
|
0,290859
|
5
|
150
|
39
|
29
|
9,5
|
1,8
|
495,9
|
0,381125
|
4.4 Pembahasan
Telah
dilakukan percobaan yang berjudul Kalorimeter sebagai alat pengukur panas yang
ditimbulkan oleh arus listrik. Tujuan dari percobaan ini yaitu untuk menentukan panas yang ditimbulkan oleh arus listrik, membuktikan
transfer panas di dalam calorimeter, dan
menentukan harga 1 Joule.
Peralatan-peralatan
yang digunakan untuk melakukan praktikum ini antara lain satu set kalorimeter
dengan perlengkapannya, amperemeter dan voltmeter masing-masing satu buah, satu
buah tahanan geser, satu buah termometer, satu buah sumber tegangan 12 V, sebuah statip, sebuah timbangan, satu buah stopwatch, satu set
kabel, serta air dingin dan air biasa. percobaan ini digunakan dua buah
rangkaian, yaitu rangkaian A dan rangkaian B.
Untuk metode percobaan pada masing-masing percobaan adalah sama. Namun ada yang
membedakan rangkaian A dan rangkaian B
adalah peletakan tahanan geser (Rg). Langkah pertama yang dilakukan pada
percobaan ini yaitu massa air diukur menggunakan neraca analitis. Caranaya
yaitu dengan diukurnya wadah kosong terlebih dahulu. Selanjutnya wadah tersebut
ditambahkan air. Lalu wadah yang telah diisi air ditimbang kembali. Untuk mendapatkan
massa airnya yaitu dengan mengurangi massa wadah berisi air dikurangi wadah
kosong. Setelah massa air didapat, langkah selanjutnya yaitu dengan
dirangkainya rangkaian A seperti pada gambar 3.1 dan rangkaian B seperti pada
gambar 3.2. setelah dirangkai, sebaiknya
dilihat kembali apakah kumparan yang terdapat pada kalorimeter bermasalah atau
tidak. Selanjutnya tegangan PLN dihubungkan atas seizin asisten. Arus dan tegangan diusahakan agar selalu
konstan dengan cara diaturnya tahanan geser (Rg). Untuk rangkaian A digunakan
arus sebesar 0.5 A dan tegangan 9.2 V, sedangkan rangkaian B digunakan arus
sebesar 1.8 A dan tegangan 9.5 V. voltmeter dan amperemeter yang digunakan
adalah voltmeter dan amperemeter visual, bukan digital. Sehingga harus benar-benar
diperhatikan nilainya. Setelah arus dan tegangan ditentukan, lalu ditentukan
juga suhu mula-mula untuk setiap rangkaian. Untuk rangkaian A dan rangkaian B
dengan menggunakan air biasa suhu mula-mulanya adalah 29̊C, sedangkan dengan
menggunakan air es suhu mula-mula rangkaian A adalah 19̊C dan rangkaian B adalah 20 ̊C. untuk masing-masing
rangkaian dilakukan pengamatan yang sama. Yaitu setiap kenaikan suhu pada termometer sebesar 1̊C dicatat waktunya. Waktu yang
diperlukan untuk setiap kenaikan pada rangkaian A dan rangkaian B adalah tidak
sama. Hal ini dikarenakan besarnya arus yang digunakan berbeda. Semakin besar
arus yangdigunakan, makan akan semakin cepat kenaikan suhu pada termometer.
Untuk rangkaian A waktu yang diperlukan untuk kenaikan 1̊C sekitar 120 detik,
sedangkan untuk rangkaian B waktu yang diperlukan untuk kenaikan 1̊C sekitar 35
detik.
Arus
listrik adalah banyaknya muatan listrik yang disebabkan
dari pergerakan elektron-elektron, mengalir melalui suatu titik dalam sirkuit listrik tiap satuan
waktu. Arus mengalir karena terdapat perbedaan potensial pada saat sebelum
sumber tegangan dinyalakan dan saat setelah sumber tegangan dinyalakan. Kutub-kutub sumber arus secara terus
menerus bertukar-tukar polaritasnya. Pada suatu saat terminal atas sumber arus
adalah positip (sementara terminal bawahnya negatip), maka arus mengalir keluar
dari kutub atas, lewat beban dari A ke B. Pada saat berikutnya sumber arus
bertukar polaritas, yaitu terminal atas berubah menjadi negatip sedangkan
terminal bawah berubah menjadi positip. Dengan demikian aliran arus bertukar
arah, keluar dari kutub bawah lewat beban dari B ke A dan masuk ke sumber di
kutub atas. Saat berikutnya kutub-kutub bertukar polaritas lagi, sehingga
berakibat aruspun bertukar arah lagi dari A ke B, demikian terus menerus. Persyaratan lainnya supaya terjadi
arus listrik adalah ada penghubung antara kedua tempat yang mempunyai beda
muatan itu. Tempat yang mempunyai muatan listrik positif yang lebih banyak akan
mempunyai potensial listrik yang lebih tinggi daripada tempat yang bermuatan listrik
positif lebih sedikit. Ini berarti arus listrtik akan mengalir dari tempat yang
berpotensial listrik tinggi ke tempat yang berpotensial listrik lebih rendah.
Pada rangkaian listrik dengan sumber listriknya berasal dari batu baterai, arus
listrik akan mengalir dari kutub yang mempunyai tegangan lebih tinggi (kutub
positif) melalui kawat penghantar menuju ketegangan yang lebih rendah (kutub
negatif). Walaupun kita sudah memiliki sumber arus listrik seperti baterai,
namun kalau sumber arus listrik itu tidak dirangkai dengan sebuah kawat
penghubung, maka sumber arus tersebut tidak dapat menghasilkan arus listrik.
Kuat
arus listrik yang mengalir pada rangkaian semakin lama semakin tidak stabil,
meskipun perbedaannya hanya sedikit. Praktikan harus menjaga arus agar tetap
konstan. Ketidakstabilan ini terjadi karena arus semakin lama akan semakin
berkurang karena akan terkonversi menjadi energi panas yang dapat dilihat pada
naiknya suhu pada termometer. Hal ini sesuai dengan hukum Joule.
Untuk hasil perhitungan
diperoleh nilai H atau besar panas yang ditimbulkan oleh arus listrik yang
berbeda-beda pada masing-masing rangkaian baik menggunakan air biasa maupun air
es. Untuk Rangkaian A yang menggunakan air biasa diperoleh nilai H rata-rata
sebesar 559.3661 Joule, sedangkan untuk rangkaian B yang
menggunakan air biasa diperoleh nilai H rata-rata sebesar 665.76 Joule.
selanjutnya adalah rangkaian A dengan menggunakan air es diperoleh nilai
H rata-rata sebesar 525.6046
Joule, sedangkan untuk rangkaian B yang menggunakan air biasa
diperoleh nilai H rata-rata sebesar 663.6938 Joule. Setelah dilakukan
perhitungan untuk mendapatkan nilai H,maka dapat dihitung pula besarnya nilai 1 Joule pada masing-masing
rangkaian. Dengan menggunakan persamaan yang telah ditentukan sebelumnya, maka
dapat dihitung besarnya 1 joule pada masing-masing rangkaian. Untuk rangkaian A
dengan menggunakan air biasa diperoleh harga 1
Joule sebesar 0.394369 kalori, sedangkan untuk rangkaian B dengan
menggunakan air biasa harga 1 Joule
sebesar 0.276411 kalori. Selanjutnya
adalah rangkaian A dengan menggunakan air es diperoleh harga 1 Joule sebesar 0.393538
kalori, sedangkan untuk
rangkaian B dengan menggunakan air es harga 1
Joule sebesar 0.283829 kalori.
Untuk masalah
ketidakstabilan data waktu yang diperolehselama melakukan percobaan dapat
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Salah satunya yaitu kecilnya skala termometer
yang dipakai. Meskipun sudah menggunakan ketelitian saat melakukan pengamatan,
faktor kesalahan pengamatan tidak dapat dihindari.
Setelah dilakukan
percobaan, maka akan dapat digambarkan grafik seperti pada gambar 4.1; gambar
4.2; gambar 4.3; dan gambar4.4. pada masing-masing grafik tersebut dapat
dilihat bahwa perubahan suhu (T) yang dinyatakan dalam derajat celcius
sebanding dengan perubahan waktu yang dinyatakan dalam satuan detik. Hal ini sesuai dengan rumus
atau persamaan kalor yang sebanding
dengan massa dikalikan perubahan suhu yang akan memiliki nilai yangsama dengan
energi listrik yang sebanding dengan beda potensial dikalikan arus dikalikan
dengan perubahan waktu. Karena massa, kalor jenis, beda potensial dan arus
adalah konstan, maka nilai perubahan suhu sebanding dengan nilai perubahan
waktu.
Dari percobaan yang dilakukan didapatkan nilai 1 Joule yang tidak
sesuai dengan teori 1 Joule yang selama ini kita pergunakan. Teori 1 Joule yang
biasanya ada di buku menyatakan besarnya 1 joule adalah 0.24 kalori. Hal ini
dikarenakan panas yang terbentuk dari energi listrik sepanjang rangkaian tidak
hanya terdapat pada kalorimeter. Karena pada dasarnya dalam suatu rangkaian
mengalami hambata khususnya pada kabelnya, jadi energi listrik juga berubah
menjadi panas pada kabel ini. Selain pada kabel, berubahnya energi listrik
menjadi panas juga terdapat pada tahanan geser (Rg). Sehingga percobaan yang
dilakukan hasilnya tidak sama dengan teori yang ada.
Komentar
Posting Komentar