Diary Express 2015
“Bagi saya, hidup adalah saat dimana
setiap kejadian adalah pelajaran.”
Sudah talak tiga, kita hampir bercerai dengan 2015. Rasanya
baru kemarin saya sibuk merambah google
mencari quotes-quotes menarik untuk menyambut tahun 2015. Hari-hari dimana sepanjang jalan
melihat kilau warna terompet anak-anak ketika terkena cahaya, petasan
kembang api di malam hari, dan spanduk-spanduk sale warna merah nyala milik
salah satu department store berhamburan di jalan raya. Sebentar lagi kita genap
memasuki 2 milenium + 1 dekade + 6 tahun. Time
runs super fastly. Assalamu’alaikum 2016.
Assalamu'alaikum 2016! |
Sebelum sampai terpikir untuk mengambil judul tersebut, ada
dua opsi, yaitu End of 2015
(mainstream banget hehe) dan Merci
beaucop 2015 (trans: terima kasih banyak 2015). Tapi setelah memikirkan
konsep apa yang mau saya tuliskan, Diary Express 2015 adalah yang paling cocok:))
Saya adalah tipe orang yang senang sekali mengingat apa saja
yang pernah saya lakukan kemarin, seminggu yang lalu, sebulan yang lalu, setahun
yang lalu, bahkan beberapa kenangan masa 15 tahun yang lalu sering saya ulas
kembali. Dan disinilah, saya akan curhat – istilahnya seperti itu – tentang
momen-momen terbaik yang saya jejaki di Januari sampai Desember 2015.
New year, Klaten, Surabaya, and Mojokerto for the best January. Saya beri nama Januari terbaik, karena di bulan pertama di
tahun 2015 saya sudah main bersama tiga tempat sekaligus. Setelah tahun baru,
disaat teman-teman saya kembali ke Kalimantan, saya mengunjungi Nenek tercinta
di Klaten – sebuah kabupaten yang diapit oleh kota Solo dan provinsi DI
Yogyakarta. Menjadi wishlist saya saat ini untuk dapat kembali kesana, karena
atmosfer Klaten yang saya tidak pernah dapatkan di tempat lain. Rutinitas saya
ketika disana adalah rutinitas yang paling saya rindukan. Di pagi hari
menghangatkan tubuh di depan tungku yang sedang memanaskan air panas, setelah
itu bersama nenek belanja ke pasar *saya
rindu jenang gendul mbah Sri:((. Siang harinya bercengkerama dengan sanak
saudara – Papa saya adalah seorang rantauan dimana seluruh keluarganya masih
berada di Klaten – cucu nenek dapat membentuk tiga tim sepak bola, dan saya
adalah cucu tertua keempat. Sore harinya, bersama sepupu-sepupu yang lain saya
dipandu menuju ke tempat-tempat keren di Klaten. Dan malam harinya, main di
alun-alun dan duduk di angkringan yang berbaris rapi di pinggi alun-alun.
Saya rindu aneka makanan enak dan harganya yang sangat murah disana.
Bayat, salah satu nama daerah di kabupaten Klaten. |
Lepas bercengkerama dengan nenek, saya kembali ke Surabaya.
bukan untuk kembali berkuliah, saat itu jadwal masuk kuliah masih tiga minggu
lagi. Saat itulah saya pertama kali benar-benar merasa puas dengan Surabaya.
walaupun sebelumnya saya sudah enam bulan berada disana. Di saat itu saya
memang memilih untuk tidak kembali ke Bontang karena saya berfikir sebentar
lagi saya mungkin tidak akan menginjakkan kaki disini lagi (re: baca postingan "Belajar Menggali Hikmah dibalik Peristiwa"). Seorang sahabat saya asli Surabaya
mengajak saya mengunjungi berbagai tempat yang membuat saya berfikir, “aduh kelamaan
main di kandang”. Selama enam bulan ini saya terlalu kagum dengan pesona
Keputih, Gebang, dan Mulyosari (re: nama daerah di sekitar kampus ITS).
Surabaya luas bangeeet.
House of Sampoerna, museum rokok dengan arsitekturnya yang keren. Salah satu tempat wisata yang saya datangi di Surabaya. |
Destinasi terakhir saya sekaligus alasan mengapa saya harus
lebih cepat meninggalkan Klaten adalah Internalisasi Antares (re: nama angkatan
di fisika ITS). Internalisasi yang sangat berkesan, sebab Internalisasi
selanjutnya saya sudah tidak dapat bergabung dengan mereka lagi. Kami menyewa
villa di Pacet – salah satu nama daerah di kabupaten Mojokerto – yang memiliki
perbandingan temperature sangat jauh dibandingkan Surabaya. disini sangat
dingin. Saya suka segala hal yang kami lakukan saat internalisasi. Mulai dari
keberangkatan dimana kami belajar bahu membahu, maklum saja perjalanan kurang
lebih tiga jam kami touring menggunakan sepeda motor dan saat itu saya ikut
mengendarai motor. Selain itu, internalisasi membuat kami menjadi semakin akrab
dan paham kebiasaan satu sama lain, yang tidak akan kami ketahui jika hanya
pada saat bertemu di kampus.
Air terjun Coban Canggu yang berlokasi tidak jauh dari villa kami. |
Antares goes to Pacet. |
That is my
best January ever.
Homesick for Welcoming February. Liburan masih kurang lebih satu
minggu dan saya sudah kehabisan destinasi. Di saat seperti itu, sahabat yang
saya andalkan tidak bisa terus datang secara rutin ke asrama karena berbagai
hal yang harus ia lakukan di rumahnya. Homesick terparah saya adalah saat itu,
saya sendirian bukan hanya di kamar tapi juga di blok asrama saya. Semuanya
masih berada di rumah mereka masing-masing, tiba-tiba saya ingin pulang. Jika
mengingatnya, saya seperti ingin nangis sendiri *ehehe. Memaksa untuk kembali
ke Klaten juga tidak mungkin, saya pasti akan dimarahin orang tua kenapa
meminta cepat kembali ke Surabaya. Akhirnya saya tahan pergolakan hati
sekaligus membayangkan indahnya jika saat ini saya dapat bercengkerama dengan
orang tua dan adik-adik di Bontang.
Welcoming February, I cry for a week ehehehe..
Tempat berlindung saat masih di Surabaya. Kamar asrama yang dirindukan. (nb: maaf berantakan._.) |
Nekat! for March. Sebenarnya tidak ada hal yang
membuat saya takjub di bulan ini. Sebab sudah lewat Sembilan bulan, saya
mencoba berpikir keras mengingat apakah ada hal yang dapat saya bagikan di
bulan Maret. Dan ternyata I find it.
Saat itu saya sudah memasuki minggu keempat perkuliahan. Dan
saya sudah dihadapkan pada kuis mata kuliah Kalkulus II. Sehari sebelum
pelaksanaan kuis, saya mengalami banyak kegiatan di jurusan dan akhirnya di
malam harinya saya kelelahan dan tidak belajar. Paginya saya dilemma, antara
bolos saja atau tetap masuk dan mengerjakan sebisa mungkin. Sampai akhirnya,
saya memilih untuk masuk dan mengerjakan apa adanya.
Saat kuis kondisi saya nge-blank
total. Empat soal, saya berhasil menjawab tiga dengan hanya menggambar
grafiknya saja yang belum tentu benar. Saya sampai bingung ingin menjawab apa
karena saya sama sekali tidak ingat bagaimana cara mengerjakannya. 20 menit
kemudian, lembar jawaban saya kumpulkan dengan 85% kertas bersih.
Seminggu setelahnya, kuis dibagikan dan saya takjub melihat
40 tertera di kolom penilaian. Saya pikir saya akan mendapatkan nilai dibawah
10. Sekali lagi, biar Nekat! jangan lupa tetap tetap percaya dengan kecanggihan
dari kejujuran.
They call me Nawangan for April. Di bulan april sampai selanjutnya,
banyak yang memanggil saya dengan sebutan Nawangan. Sebuah nama desa di
kabupaten Mojokerto, desa dengan letak paling tinggi disana. Saya dan
teman-teman mengikuti sebuah program pengabdian masyarakat yang diadakan oleh
organisasi mahasiswa intra kampus taraf jurusan (himpunan mahasiswa jurusan)
disana. Kami memiliki homestay bersama dengan keluarga yang juga tinggal
disana, kami berkebun, mencari kayu bakar, mandi di sumur, main di hutan, dan
mengisi pelajaran sekolah dasar disana. Seorang teman mengatakan bahwa saya
mirip dengan penduduk desa setempat, sebagai bahan becandaan justru malah
sampai kembali ke kampus saya sering dipanggil dengan sebutan Nawangan.
Bring Us to The Sky for May. Jika anda mengenal budaya apa yang akan
diterapkan untuk mahasiswa baru di ITS, anda pasti paham dengan istilah
pengangkatan. 14 Mei 2015, kami resmi menjadi F32. Semua perjuangan delapan
bulan akhirnya terbayarkan. Hari dimana saya sangat bersyukur pernah menjadi
bagian Fisika ITS. Hari dimana saya sadar, banyak sekali pelajaran yang saya
dapatkan dari proses panjang tersebut. Dan dari sana, saya paham bagaimana ego
hanyalah lumut di tepi ketika kita sudah menemukan makna solidaritas.
14 Mei 2015 23:32 WITS. Finally, the real F-32!!!! |
Other Side of East Java for June. Saya pertama kali menginjakkan kaki
di pulau Sempu, Kediri, dan Blitar. Pulau Sempu dan pantai Segoro Anakan,
sebuah tempat yang super indah, ditutupi tebing sehingga hanya dapat dijangkau
dengan jalan kaki dengan medan yang menantang bersama Pantura (Paguyuban Tur
Antares). Salah satu list traveling keren yang pernah saya datangi. Kediri dan
Blitar, ternyata walaupun berada di Jawa Timur seperti Surabaya namun jauh
berbeda kondisinya. Kediri dan Blitar, saya suka kotanya bersih, tidak padat,
dan rapi. Bermain di Gunung Kelud pasca erupsi, Gumul, Makam Bung Karno, Candi,
dan mengelilingi kota. Pengalaman yang luar biasa. Terima kasih untuk
teman-teman saya yang bersedia menjadi guide saya selama disana.
Pantura Team |
Beberapa momen saat di Pantai Segoro Anakan, pulau Sempu, Malang bersama Pantura. |
Monumen Simpang Lima Gumul, Kediri |
Pasca erupsi Gunung Kelud, Kediri. |
Good Bye Janc*k City for July. Siapa yang tidak mengenal istilah
Surabaya tersebut? Bulan ini adalah bulan yang menurut saya lebih menguras
emosi dibandingkan bulan homesick sebelumnya. Saya harus benar-benar
meninggalkan tanah Majapahit. Dengan berbagai alasan (re: baca postingan "Belajar Menggali Hikmah dibalik Peristiwa") saya tidak akan belajar satu kelas dengan
Antares lagi. Saya tidak akan bercengkerama dengan Keputih, Gebang, dan
Mulyosari lagi. Saya tidak akan punya konco
dolan sekeren Pantura lagi. Padahal saya belum main sintesis di
Laboraturium Zat Padat. Padahal saya belum bertemu andil dalam “Bring Us to The
Sky”-nya adik-adik 2016. Padahal saya belum menjadi staff PSDM Himasika.
Padahal saya belum menginjakkan kaki di tumpak sewu dan bromo. Terlalu banyak
“tidak akan” dan “padahal” yang teringat ketika saya mengulas tentang migrasi
ini.
Persembahan terakhir dari KM ITS untuk KM ITK. |
Begitu banyak kenangan yang akan ditinggalkan, tapi saya
cukup lega telah memberikan apa yang mampu saya berikan untuk Nenek di Klaten,
Antares, dan Himasika. Jelas tidak banyak, tidak sebanding dengan apa yang saya
dapatkan dan bawa pulang. Untuk Kampus Etam. Selamat tinggal tanah Majapahit.
Welcome to Kampus Etam for August. Saya kembali ke tempat kelahiran,
Bumi Etam. Saya kembali dapat bercengkerama bersama orang tua, dan tiga
malaikat super di rumah. Saya kembali berkutik di kota mungil namun rapi, kota
Bontang. Dan yang lain adalah, Surabaya akan tergantikan oleh Balikpapan.
Semuanya dimulai dari sini. Ketika kalimat “Untuk Sang Pencipta dan Bumi Etam”
tidak hanya akan diteriakkan dan membuat merinding, tapi dipertanggung
jawabkan. Ketika pion-pion akhirnya mulai bergerak. Sampai akhirnya akan
menyentuh King di seberang sana. Selamat datang di Kampus Etam.
Pion-pion Kampus Etam, Borneo Third Generation "Bird Generation" (atas) dan Physics Squad (bawah). |
For September to
December, and then I love Physics. Tidak banyak hal yang saya alami
seperti bulan-bulan sebelumnya. Emosi juga tidak banyak berperan di dalamnya.
Tapi, ada sesuatu hal yang saya rasakan dan belum pernah saya rasakan ketika
saya masih berada di kampus biru sana. Kaitannya dengan konsentrasi yang saya
ambil. Sense physics is amazing, sense physics is fun, atau sense I must be the
best in my test adalah hal-hal seperti itu. Sebelumnya, saya menganggap segala hal
eksakta berlalu begitu saja. Belajar biasa di kelas, ketika akan kuis maka
belajar, dan menjadi yang terbaik di kelas adalah mukjizat. Saya tidak
memikirkan, apa yang dapat saya lakukan berkaitan dengan konsentrasi yang saya
ambil ini, memikirkan secara lebih mendalam tentang fisika adalah hal yang
membuat saya sakit kepala saat tahun pertama. Namun, disini saya belajar
banyak. Untuk mengenal lebih dalam fisika dan mendapatkan sense-sense seperti
itu, saya baru dapatkan di tahun kedua. Sampai akhirnya saya sadar, fisika luar
biasa.
Di saat seperti ini saya punya dosen-dosen luar biasa. Saya
dapat menanyakan hal apa saja dengan beliau-beliau baik hal mendasar sampai
dunia riset. Mulai diskusi masalah mata kuliah saat itu sampai cakupan yang
benar-benar sangat luas. Kepo-kepoin dosennya juga tetep nyantai, maklum saja jarak antara dosen dengan mahasiswa hanya
kisaran lima sampai enam tahun. Dan sampai akhirnya saya menemukan titik
terang, apa yang akan saya lakukan kedepannya saat saya memang sudah berstatus
mahasiswa fisika.
Merayakan hari ulang tahun salah satu dosen, Bapak Mahendra Satria M.Si. |
Pengenalan luar biasa tersebut membuat saya juga lebih
mencintai apa yang sudah saya pilih setahun yang lalu ini. Sampai pada
akhirnya, mimpi mendapatkan nilai A pertama saya dapatkan di semester 3, untuk
Fisika Matematika 4 sks saya persembahkan I love you more!! Alhamdulillah.
Allah gives me luckiest thing in this semester.
Mengutip pesan dari bapak leluhur. |
2015 adalah seperti bom waktu untuk saya. Banyak hal-hal mengejutkan
yang belum pernah saya alami sebelumnya datang. Tahun yang lebih mengajarkan
saya untuk lebih bersyukur dengan apa yang sudah saya miliki. Sebab banyak
orang di luar sana yang sangat ingin bertukar posisi dengan saya. Mungkin.
“Hiduplah dengan hidup. It means
nikmatilah hidup. Sedih tidak akan melapuk, pasti akan terlapis oleh senang. Begitu
pula sebaliknya. Tetap jadi diri sendiri, dan jangan lupa berdoa.”
Komentar
Posting Komentar