Postingan

Menampilkan postingan dari Mei, 2018

Mengenang 22 Mei

22 Mei 2007 Malam itu ada yang membuat aku menyadari bahwa aku berbeda dengan teman-temanku. Ada yang mereka punya, tapi aku tidak. Sudah tidak punya lagi lebih tepatnya. "Ketika kamu punya itu, maka pasti semuanya akan baik-baik saja", salah satu quote yang aku temukan di film. Benar, aku tidak punya itu dan semuanya tidak berjalan baik-baik saja. Aku bahkan lupa kapan terakhir kali aku sedang baik-baik saja. Kepahitan yang tidak dapat ditolerir adalah ditinggalkan pulang. Aku paling senior dalam merasakan ini dibanding kalian semua. Aku paling tau cara yang tepat untuk terlihat tetap sehat padahal racun sudah nyaris mengambil nyawa. Itu tidak sulit. Tapi tenang, itu sudah lewat. Sudah 11 tahun ternyata. Aku tetap melanjutkan hidup. Menjadikan hidup yang sudah diberikan menjadi sedikit berarti, paling tidak untuk orang-orang yang berarti. *** Kalau ingat malam itu, aku jadi ingin berterima kasih. Kepada Papa, yang sudah menjadi orang terbanyak kontr

Persinggahan Tidak Berarti

tiba-tiba ada yang datang dan dengan mudahnya menghancurkan batas yang sudah aku pertahankan how dare you, pewe.. aku bermain-main di daerah terlarang itu tidak dengan tanpa keraguan tapi tetap saja aku bermain disana bermain-main dan begitu berani meletakkan ekspektasi kepada dia yang tidak sama sekali berarti padahal nyata ujungnya berkorban hati malam ini bukan yang pertama kita bermain di tempat itu lagi malam ini bukan yang pertama aku masih meletakkan ekspektasi kepada dia yang tidak sama sekali berarti akhirnya aku menertawakan diriku sendiri dan bertekat lagi untuk berhenti karena memutuskan meletakkan ekpektasi padahal mengerti di akhir akan mati waktu itu aku pernah berdoa agar Tuhan selalu menjauhkan apa yang mendistraksi diriku untuk tidak menjalani hidup dengan cara yang baik mungkin ini jawabannya semoga aku menemukan ruang untuk lari tanpa harus menyebutnya melarikan diri apalagi sampai menyebutnya  ketahuan melarika

1 Ramadhan

Gambar
Tulisan 1 Ramadhan. Aku lagi ingin mengenang Ramadhanku sampai yang ke 22 kalinya ini saja. Aku waktu kecil adalah yang begitu senang dengan bulan ramadhan. Karena bulan ramadhan artinya bisa main sepuasnya. Siang main, habis buka puasa main, habis solat terawih main, dan habis sahur main. Mainannya juga macem-macem. Main petasan, main sarung-sarungan, main sembunyian, main lari-larian, sampai jadi yang sering dimarahin ibu-ibu karena ribut kalo lagi solat terawih. Tapi dulu aku adalah salah satu anak yang nggak pernah ikut ifthar jama'i (red: buka bersama) di masjid rumah. Kata orang tuaku, "kayak nggak punya makanan aja di rumah". Akhirnya aku nggak pernah ngerasain buka bersama sama temen temen mainku itu. Aku lupa di ramadhan ke berapa aku dan teman-teman akhirnya tidak melanjutkan kebiasaan ini. Sampai akhirnya aku sadar dengan kebiasaan yang sudah berbeda karena sudah berada di lingkungan yang berbeda. Kayak sekarang ini. Sahur ya sahur aja, bukan karena